Arus boleh di ikuti asal kita punya dayung.
Monday 16 May 2016
Saturday 14 May 2016
Diamlah. Maka Kau Selamat
Monday 9 May 2016
Terasing dalam Negeri eps.Masuk TV
Saturday 30 April 2016
Tips belajar bahasa dengan mudah.
siapa sih yang nggak ingin memahami semua jenis bahasa, tentunya banyak dong yang ingin tidak hanya bisa, tapi juga menguasai bahasa dengan baik.
tapi jeleknya nih ya, kebanyak dari kita itu selalu ingin hal-hal yang instan. bener nggak sih?
belajar bahasa pingin cepet bisa seperti masak mie instan yang 5 menit langsung oke..
well ....yups memang nggak mudah sih, untuk menguasai bahasa hanya dengan hitungan hari, apalagi jika kita nggak ada temen yang bisa di ajak untuk berdialog dengan bahasa yang sedang kita pelajari.
tapi tips dari saya ya guys, mending nggak usah terlalu di pusingin deh itu temen yang nggak mau ngebantu kita memperlancar bahasa asing kita, dalam artian nggak mau ikut berdialog dengan bahasa yang sedang kita pelajari. yang perlu kita lakukan untuk memperlancar proses penguasaan bahasa kita adalaahhhh ...
yang pertama ...jangan berhenti mengumpulkan kosa kata baru.
belajar bahasa apapun, kosa kata adalah hal yang paling pertama dan paling utama yang harus kita miliki. nggak perlu banyak-banyak untuk buka lapak (ciee elahh..kaya jualan aja) maksudnya kumpulkan aja sedikit demi sedikit kosa kata yang paling sering kamu gunakan. nanti lama-lama kalau kamu rajin mengumpulkan kosa kata baru setiap harinya, tanpa di komandopun, koleksi kosa kata kamu akan bertambah seiring berjalannya waktu. ingat yaaa guysss ...semua butuh proses, jangan melulu mengharapkan sesuatu dengan instan.
yang kedua ...praktekkan kosa kata yang kamu kumpulkan setiap hari.
yuppppsss you must practice it...jangan cuma dikumpulin aja guys, praktekin. meskipun nggak satupun di antara teman kamu yang ngmong dengan bahasa asing misalnya, PD aja, kamu gunakan kosa kata yang sudah kamu kumpulkan tadi. misalnya nih ya, kamu lagi ngumpul sama teman kamu, coba deh kamu ngomongnya dengan bahasa yang sedang kamu pelajari. misalnya kamu lagi fokus untuk meningkatkan bahasa inggris kamu, kamu coba gunakan bahasa inggris untuk ngobrol sama mereka. yaahh ..meskipun awalnya terasa aneh dan merepotkan karena kita harus menerjemahkan ulang dan harus menerima cibiran-cibiran dari mereka, tapi itu sangat membantu. its really work guysss..you must try it.
yang ke tiga ....dengarkan dialog dari sang empunya bahasa
kalau kamu sedang belajar bahasa orang inggris, coba kamu dengarkan dialog mereka directly atau secara langsung. bagaimana caranya ??? jangan bingung-bingung, sekarang bukan jamannya poto pake klise ya guyss,,,apa sih yang nggak bisa kita lakukan di jaman yang serba canggih seperti sekarang ini. manfaatkan gadgetmu, gunakan ia sebaik mungkin. gunakan internet yang sudah menyebar sampai ke pelosok negeri. kalau butuh modal, yaaahhh modal dikit lah....karena nggak ada ilmu yang nggak butuh modal cuiii...hanya jumlahnya aja mungkin beda. download dialog dari sang empunya bahasa, ingin belajar bahasa inggris, yaa download everything about english. cari yang berbau inggris semuanya.
yang ke empat .....Biasakan!!!
naahhh yang terakhir guysss. Biasakan. Because languange is about habbit. bahasa itu kebiasaan guys. jadi nggak ada yang sulit kalau kamu mau membiasakan. anak-anak kecil di luar negeri sana, banyak yang bisa bahasa inggris. kerena mereka membiasakan ngomong pakai bahasa inggris. kita di Indonesia, bisa bahasa Indonesia, mahir bahasa Indonesia, karena kita biasa ngomong bahasa Indonesia. Orang Indonesiapun kalau nggak terbiasa ngomong bahasa Indonesia, nggak akan bisa ngomong selancar ini.
Okke ...guysss itu tips dari saya tentang pembelajaran bahasa, semoga bermanfaat...:)
Tuesday 26 April 2016
Sang Guru. Masihkah kau beranggapan guru itu sebuah cita-cita?
siapa sih yang nggak mau jadi guru, hidup terhormat, banyak kenalan, ilmunya bermanfaat, dan masih banyak lagi anggapan-anggapan yang melekat pada sosok ini.
tapi kita sadar nggak sih, kalau semua orang itu merupakan seorang guru?
atau selama ini kita hanya bernaggapan, bahwa guru adalah orang yang berdiri di depan kelas, yang di kerubungi anak-anak berseragam setara PAUD, SD, SMP, SMA, bahkan sampai perguruan tinggi?
yang setiap pagi berangkat ke sekolah, menyiapkan materi dan mulai menyalurkan ilmunya didepan anak-anak didiknya?
bahkan ada yang masih ngajar diluar jam sekolahnya?
apakah itu sosok guru yang kalian anggap selama ini?
hanya merekakah yang kalian anggap sebagai guru?
lalu bagaimana dengan diri kita, dengan orang tua kita, dengan lingkungan kita, dan dengan alam yang selalu menemani kita dalam keadaan apapun. apakah kita tidak menganggap mereka sebagai guru kita?
baiklah kawan. kau boleh bercita-cita sebagai guru. sebagai pioner perubahan dunia yang serba canggih seperti sekarang ini. tapi perlu di ingat kawan. diri kita. diri kita ini adalah guru yang sejati untuk diri kita sendiri, syukur-syukur kita bisa menjadi guru unutk orang lain. jangan anggap guru itu sebagai cita-cita. guru itu kewajiban. kewajiban kita sebagai manusia yang di beri akal dan pikiran untuk melakukan perubahan. kita boleh tak mendidik orang lain, kita boleh tak memakai seragam untuk memperlihatkan pada orang-orang bahwa kita adalah seorang guru. tapi kita tak boleh mengabaikan kewajiban kita untuk mendidik diri kita sendiri.
ingat kawan, guru adalah kewajiban, bukan cita-cita.
kita berkewajiban mendidik diri kita, kita berkewajiban mendidik orang-orang di sekitar kita kalau kita mampu.
kalau kita tidak mampu, tak selayaknya kita menjerumuskan mereka ke lembah jurang yang menyesatkan. menurut salah satu Ulama besar Indonesia Kyai Sahal Mahfud, "untuk menjadi orang baik itu mudah. cukup dengan diam saja kita sudah kelihatan baik. tapi untuk menjadi orang yang bermanfaat itu tidaklah mudah, karena hal itu membutuhkan perjuangan."
memang benar, memanfaatkan apa yang kita miliki, katakanlah ilmu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. karena kita membutuhkan tekad dan keinginan yang kuat. tanpa itu semua, ilmu yang kita miliki akan seperti pohon yang tak berbuah. dia bisa tumbuh lebat, tapi hanya untuk memperindah diri sendiri. ia tak bisa sekedar membiarkan orang lain mencicipi buahnya, karena memang ia tak punya buah.
jadi sekali lagi kawan. pertimbangkanlah, jangan kau egois dengan menjadikan guru sebagai cita-citamu, yang nantinya kau hanya akan menyenangkan dirimu saja, tanpa memikirkan nasib orang-orang yang kau didik. kau hanya beranggapan bahwa kau telah mencapai cita-citamu dengan kau dapatkan panggilan dari anak-anak didikmu dengan sebutan bapak guru atau ibu guru.
perbaiki niatmu dengan sebaik-baik niat untuk menyalurkan apa yang telah kau peroleh dalam kehidupan ini.
semoga bermanfaat ..see yaaaa ...:)
Sunday 10 April 2016
Terasing di Dalam Negeri eps. Strange
Sunday 3 April 2016
اشكر بنعمت الله ..syukurilah nikmat Alloh
Untukmu Yang beruntung Dan cuek.
Untukmu Yang beruntung Dan selalu berbangga hati menjadi orang beruntung.
Untukmu Yang beruntung Dan rendah hati.
Untukmu Yang beruntung Dan penuh kasih.
Untukmu Yang beruntung dan selalu bersyukur.
Dan Untukmu Yang beruntung Dan tahu bagaimana memanfaatkan keberuntunganmu dijalan Yang benar.
Mungkin kau bukan salah satu dari orangYang harus bersusah payah mengarungi kehidupan Demi sesuap nasi.
Tapi cobalah keluar kawan..
Ketuk hatimu, lihat orang-orang di liar sana.
Mereka Yang terus tertunduk letih memikul beban Demi kepingan Logam untuk tanggung jawab pada keluarga...
Menyuapkan nasi dan lauk seadanya meski uang yang tak seberapa telah kantongi.
Pakaian yang sederhana, perhiasan yang tak ada, uangpun untuk sehari saja.
Tapi mereka tetap kuat, mereka tetap berusaha, dan mereka tetap menerima.
Kita yang serba ada, terlalu banyak meminta.
Kita yang mau apapun bisa, tarlalu banyak cela..
Oh Tuhan.. kasihmu tiada tertandingi bagi mereka yang selalu mendekat dan menghindari jarak.
Dekaplah mereka yang kurang beruntung.
Hapuslah air mata mereka yang lelah menahan derita.
Syukurkanlah kami yang hidup tanpa kurang suatu apa..
Dermawankanlah kami kepada mereka yang membutuhkannya..
ثبت قلوبنا عل دين الاسلام و عل طا عتك...
Tuesday 29 March 2016
Untukmu Wahai Calon Ayah dari Anak-Anakku
Untukmu wahai calon ayah dari anak-anakku..
Mungkin sekarang engkau sedang bermanja-manjaan disana bersama keluargamu..
Engkau tumpahkan keluh kesahmu dalam pangkuan ibundamu..
Engkau rengekkan semua deru desah rasa lelahmu pada ibumu...
Tapi tahukah engkau wahai calon imamku??
Kelak... saat waktunya tiba, engkau harus rela meninggalkan itu semua..
Engkau harus rela menanggung semua keluh kesah dari anak-anakmu dan istrimu...
Engkau akan merasakan nikmatnya mengesampingkan kepentinganmu diatas kepentingan anak-anakmu dan istrimu ...
Untukmu wahai calon ayah dari anak-anakku ..
Sudahkah engkau siapkan dirimu untuk menjaga ahli-ahlimu?
Sudahkah engkau bulatkn tekadmu untuk membela keluargamu dari panasnya api neraka?
Untukmu wahai calon ayah dari anak-anakku...
Tak ayal ketidaksempurnaan pasti akan melengkapi hari-hari kita..
Tapi jnganlah engkau kikuk dengan kekurangan yang Alloh anugerahkan untuk kita..
Kesempurnaan dan ketidaksempurnaan bukanlah hal yng harus di perdebatkan..
Keduanya akan berubah menjadi warna pelangi yang begitu indah jika kita mampu mewarnai keduanya dengan paduan warna yang sempurna..
Friday 25 March 2016
Cukuplah Kau Buat Aku Cemburu dengan Waktu
Kau diam disana sayang ....
Seolah-olah kita tak ada apa-apa
Kau berjalan menyusuri sisa-sisa reruntuhan hati yang semakin berkeping-keping.
Kau tak sadar kalau perasaanmu semakin hari semakin menuntut.
Aku biarkan rasa ini terus tumbuh dan mengakar,
Meskipun aku tak yakin ia akan berbuah.
Mungkin kau tak sadar, saat tak seorangpun mengingatmu ternyata masih ada satu hati yang begitu enggan untuk berpaling darimu.
Tak perduli ia kau abaikan ..
Tak peduli ia kau buat cemburu setiap waktu.
Sebenarnya apa yang kau lakukan, sampai menampakkan diri dalam sekejappun kau tak pernah bisa.
Waktu ...
Ia semakin tegas berjalan.
Tak pedulikan orang-orang yang berteriak memintanya kembali.
Begitukah kamu?
Meskipun aku berteriak memintamu kembali, kau tak peduli Dan terus melangkah meninggalkan aku yang masih berpegang erat dalam genggaman semu.
Kamu Dan waktu ..
Dua hal yang berbeda tapi terasa sama
Saturday 19 March 2016
Setirlah Hatimu Sesuai Jalan Tuhanmu
Kau tidak akan tahu seperti apa ia bekerja.
Ia merasakan senang, sedih, bahagia, kecewa, menderita, berduka, dan bermacam perasaan lainnya.
Tanpa minta pertimbangan, ia terus berubah-ubah.
Senang, Kau tak tahu kapan rasa senang itu akan datang.
Sedih. Kau tak punya jadwal kapan rasa sedih itu harus datang menghampiri dirimu.
Kecewa, berduka, merana. Semuanya ...
Sama sekali kau tak punya prediksi untuk kedatangan mereka.
Hati...
Orang bilang ia adalah tuan dari semua bentuk aktivitas dari tubuh kita.
Kau bisa tertawa, Itu karena ada perintah dari hati pada anterios korteks cingulated.
Kau sedih itu juga atas perintah hati.
Bagaimana kau mengelola hatimu sekarang?
Ke arah mana kau bimbing hatimu sekarang?
Jika kau tahu hatimu berperan penting atas tindakanmu?
Apakah kamu akan berdiam diri dan membiarkan hatimu di setir oleh yang lain?
Tanpa melakukan pemberontakan?
Tanpa melakukan perlawanan?
Tanpa melakukan perbaikan agar hatimu tetap dalam kuasa Rabb-mu?
Hati ....
Rumit sekali untuk memahamimu.
Sunday 13 March 2016
Setan Saja Tak Mau Kalah, Bagaimana Bisa Kau Begitu Lemah?
Tuesday 8 March 2016
Yakinlah! Janji Tuhan pasti ditepati
Tak ada kesuksesan yang di raih dengan cuma-cuma,
dan tak ada kesuksesan yang di raih tanpa air mata.
Kesabaran dan kepedihan, mungkin bukanlah penebus yang seimbang untuk sebuah kesuksesan yang kita capai,
Melihat begitu banyaknya kekurangan dan kesalahan yang sering kita lakukan.
Tapi bukanlah sebuah kesalahan jika kita terus menaruh harapan dalam setiap kesabaran dan kepedihan yang kita rasakan.
Lika-liku jalan menuju kesuksesan, bukanlah sebuah permasalahan baru lagi,
dimana kejayaan bukanlah pencapaian yang akan datang dengan sendirinya,
dan kejayaan bukanlah pencapaian akhir dari setiap tetesan keringat yang kita kucurkan.
Tapi perlu diingat kawan,
Tak ada kesengsaraan yang hakiki selama iman masih didalam dada.
Tak ada kepedihan yang abadi selama kita yakin janji Tuhan pasti di tepati.
yaa Alloh ...
Jika ketekunanku membuahkan hasil,
Jangan jadikan aku lupa dengan perjuanganku.
Jika kepedihanku memekarkan bunga kebahagiaan,
Jangan jadikan aku sekuntum bunga yang layu karena kesombongan
yaa Alloh ...
Aku hanya bisa menyebut nama-Mu,
Aku hanya bisa mengadu pada-Mu,
Aku hanya bisa mengeluh pada-Mu,
dan aku hanya bisa mempercayakan kehidupanku pada-Mu.
Saturday 5 March 2016
Terasing di Dalam Negeri. Eps. Mawar Bengkok
Tuesday 1 March 2016
Wa’alaikum salam akhii ….
Wa'alaikum salam akhiii.. |
Monday 22 February 2016
TIRAI DIBALIK KALBU
Tirai di Balik Kalbu |
Mataku menerawang ke semua sudut kelas, pojok kelas yang dipenuhi sarang laba-laba, layaknya kelas yang tidak pernah dihuni, bangku reot, papan tulis kotor, dan eternit yang sebagian sudah pada bolong.
Saat itu pertengahan bulan juli, awal pertamaku masuk SMA. Suara kakak kelas terdengar berebut untuk meredamkan suasana yang mulai tidak jelas tujuannya. Mata dan pikiranku masih menerawang jauh ke tempat-tempat yang sangat asing bagiku. “Hei, ti SMP mana?” Tiba-tiba seseorang membuyarkan kefokusanku mengamati ruangan yang kini aku tempati.
“Ha…?” Kataku kaget, sekaligus tak memamahami apa yang ia katakan, “Maksudnya …?” kataku lagi. “Dari SMP mana?” Katanya mengulang pertanyaannya. “Oooh, aku ? Aku dari MTs daerah Jawa Tengah.” Jawabku.
Aku lupa, saat itu aku berada di tempat yang berbeda dengan peradabanku, dengan bahasaku, sekaligus dengan jiwaku.
Semua kegiatan berjalan begitu lambat, bosen benar aku berada disini. Omongan mereka yang sama sekali tidak aku pahami dan juga tingkah laku mereka yang menurutku over acting.
Sudah,, buyarrrr,, aku pulang dengan raut muka memelas.
Hari-hari pertamaku masih aku lalui dengan indah. Aku mulai bisa beradaptasi dengan tempat baruku. Aku mulai punya banyak teman, dan untuk suasana lingkungan yang lumayan extrim, aku mulai bisa mengikutinya.
Selama satu tahun aku menikmati kehidupan baruku. Tapi sayangnya hal itu tidak berlangsung lama. Setahun kemudian, “Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang, pekerjaan di tinggalkan, adik nggak diurus?” Suara itu seolah-olah menampar pipiku yang merah karena panas. Aku tak menjawab sedikitpun. Aku pulang telat saat itu, biasa aku pulang 13.30, hari ini aku pulang habis ashar karena ada rapat OSIS. Aku Cuma ngloyor masuk kamar dan tak memperdulikan ibu yang masih mencak-mencak diluar.
Aku merasa kehidupanku yang begitu ketat, membuat aku menjadi orang yang paling munafik didunia. Muka manis, senyum yang ramah, perilaku sopan, semuanya cuma aku suguhkan dilingkungan rumah, tapi diluar sana, apa yang aku lakukan? Aku bertingkah layaknya orang yang bebas tanpa pengawas. Hanya untung saja, aku masih punya iman. Aku masih takut dengan murka tuhan.
Siang itu, aku minta ijin untuk mengajar di SD, bukan ucapan dukungan yang aku terima, tapi malah omelan yang harus aku hadapi, “terus saja pulang sore, tak peduli kerepotan ibu yang setiap hari mengurusi rumah tanpa ada yang membantu, anak macam apa kau ini ? “ lagi-lagi aku tertampar kata-kata ibu yang meluluh lantahkan semangatku, mencabik-cabik semua harapanku untuk menjadi manusia yang mengabdi pada negeri. Kenapa harus aku, punya ibu yang tak peduli dengan masa depan anaknya. Teman-temanku cuma bisa menghibur dan menghibur. Aku tahu tak ada yang lebih baik mereka lakukan selain hal itu. Aku sebisa mungkin membagi waktu untuk sekolah dan rumah.
Entah capek atau dapat hidayah dari mana, perubahan sikap ibu mulai aku rasakan, walaupun tidak 100%, tapi paling tidak rada mendingan dari pada biasanya.
***
“Aku pengen ketemu. Sekarang. Ditempat biasa.” Saat aku buka sms, Niko minta ketemu. Dia pacarku yang baru sebulan lalu baru jadian. Entah apa yang membuatku menerima dia jadi pacarku, tak ada cinta dihatiku untuk dia, aku hanya takut dengan karma yang masih dipegang teguh oleh masyarakat disekitarku. Karena diam-diam aku mencintai sahabat sekaligus kakak kelasku. Hatiku lebih sakit apabila, panggil saja namanya Danang, tak ngasih kabar dalam sehari. Rasa rindu yang menggebu, membuat aku lupa dengan status yang aku sandang dengan Niko.
Niko, pribadi yang tidak begitu aku kenal, karena saat itu aku kenal dia lewat FB. Aku telah masukkan Niko kedalam jurang kebohongan yang aku buat. Dia masuk dalam kehidupanku yang sama sekali tak ada agendanya untuk memasukkan Niko dalam jajaran hidupku. Berbeda dengan Danang, pribadi yang humoris, sopan, perhatian, smart, selain itu dia juga alim. Aku suka pribadinya, dan aku merasa dia juga suka sama aku, tapi dia menghargai aku yang telah terlanjur jatuh ke tangan Niko. “ Ada apa, kayaknya serius banget ?” Tanyaku setelah sampai ke tempat yang dia maksud. “ Aku cuma pingin kepastian darimu, aku ngerasa hubungan kita sudah nggax harmonis lagi, sikap kamu yang sama sekali nggak peduli denganku. Nggak pernah sms, nelpon apalagi. Nanyain kabar atau apa untuk basa-basi.” Kata Niko semakin menuntut statusku sebagai pacarnya. Aku hanya diam. Diam dan diam. Membiarkan dia ngomel-ngomel sampai akhirnya berhenti bicara. Hening…
“Aku minta maaf.” Suaraku terdengar memecah kesunyian. “Mungkin selama ini aku nggak peduli dengan perasaan kamu, tapi aku tak bermaksud membuat kamu terapung antara perasaan kamu dan perasaanku. Sekarang terserah kamu, mau hubungan kita bagaimana. Aku tidak akan memaksa.” Kataku. Dia terdiam. Dalam hati aku berharap, berharap agar ikatan ini cepat-cepat berakhir.
“Aku ingin kita terus, aku sudah terlanjur sayang sama kamu, aku berharap kamu dapat berubah.” Katanya.
Sebuah jawaban yang tidak perrnah aku bayangkan dalam lamunanku sekalipun. Kenapa dia, batinku. Apa yang dia tunggu dari cewek macam aku. Apa dia tak bisa merasakan ketak-pedulianku selama ini? Aku semakin bingung dengan Niko, tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah bersikap sebisa mungkin membiarkan dia, menggantungkan hubungan ini agar semuanya cepat berakhir. Karena aku tetap pegang prinsip tidak akan memutuskan cowok.
Suasana jadi beku seperti sedia kala. Aku tak bisa ngomong apapun. Aku biarkan perasaanku yang campur aduk. Marah, sedih, bingung,,, aarrrrrggghhhh entah apalah aku tak bisa menafsirkan perasaanku sendiri.
“Oke. Kalau begitu aku pulang dulu,” Kataku. Aku melangkah tapi dia buru-buru memegang tanganku, aku berhenti, dia melangkah ke hadapanku. Menatapku. Aku tak kuasa menatapnya, aku tak kuasa menunjukkan sorot mata penuh kepalsuan dari mataku,”Tatap mataku,” katanya. Aku menunduk.
“Tatap mataku,” Katanya lagi. Dengan ragu aku menatapnya, seketika aku temukan ketulusan dari sorot matanya. Aku sedikit berdebar-debar. “Tuhan…betapa kejamnya diriku,” Dalam hatiku bergumam. Dia terus menatapku. Aku semakin tak kuasa membiarkan suasana ini terjadi. Aku melepas genggamannya. Pergi.
Dilain tempat, tanpa kusadari, ternyata Danang juga menyaksikan apa yang aku alami barusan. Hatinya sakit, lebih sakit dibanding dengan tertusuk besi panas. Dia pingin berteriak mengecam semua itu, tapi apa dia daya, dia tak punya hak, karena bagaimanapun wanita pujaan hatinya sudah ada dalam pelukan pria lain. Mungkin orang-orang berpikir betapa lemahnya dia, tidak bisa bersaing dengan jantan. Dia bukan tipe orang yang begitu, dia orang yang sportif, itulah salah satu sifat dia yang aku sukai.
***
Siang terasa begitu cepat berlalu. Malam itu, malam yang membuat aku merasa menjadi orang yang paling kacau dilingkungan remaja. Kejadian disiang hari yang masih mengacaukan pikiranku. Ditambah lagi kedatangan ayah yang semakin membuat suasana rumah tidak nyaman. Ayah, untuk menyebut namanya saja, males. Dia bukan sosok orang yang berperan layaknya pemimpin rumah tangga, layaknya nahkoda bahtera rumah tangga, tapi dia lebih ke pesakitan yang hanya ingin memenuhi nafsunya saja. Kesana kemari bergonta-ganti pasangan, tak peduli keadaan kami yang jadi korbannya, aku juga tak tahu kenapa ibu mau dijadikan istri olehnya.
“Untuk apa dia datang kemari?” Aku bertanya pada ibu, seketika mata ayah membelalak mendengar pertanyaanku. Melihat itu aku tak gentar sedikitpun, justru aku semakin menantangnya. Aku terlanjur benci dengan sifatnya, aku terlanjur benci dengan sikapnya.
“Riska !!!!” teriak ibu melihat sikapku yang tak menunjukkan sikap sopan santunku sedikitpun.
”Ibu orang ini tu nggak pernah peduli dengan kita, berbulan-bulan dia pergi, kemudian muncul lagi, lalu apa maksud kedatangan dia kemari?” Aku bertanya pada ibu, ibu hanya diam. Aku berbalik menatap ayah.
”Kau mau menghancurkan kehidupan kami lagi? Langkahi dulu mayat Riska!“ kataku dengan amarah dan kebencian yang tak terkendali.
”Sayaaang....“ ayah mendekat. Bermaksud membelaiku, tapi aku menepisnya kasar.
”Ayah minta maaf, selama ini ayah khilaf, tak peduli pada kalian. Membiarkan kalian membanting tulang mencari sesuap nasi, ayah sungguh minta maaf.“ Dia berkata memelas. Entah ekspresi sungguhan atau hanya dibuat-buat. Aku tak peduli, mau sungguhan atau dibuat-buat, yang pasti aku terlanjur tak menerima kehadiranya. Hatiku terlalu sakit untuk menerima kenyataan ini. Dari kecil aku rindukan sosok seorang ayah, tapi figur itu tak pernah muncul dihadapanku. Sampai aku membuat pemahaman sendiri, kalau ayah itu hanyalah sesosok manusia yang tak dapat diandalkan, tak bisa dijadikan tempat berlindung.
”Sudahlah...., aku tidak akan mempermasalahkan ini lagi, capek sudah hidup ku menghadapi semua ini.“ Kataku sambil masuk kamar. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan selanjutnya, aku tak ingat lagi, tertidur.
***
Pagi harinya, seperti biasa, kegiatan sebelum ke sekolah, aku bantu-bantu ibu membersihkan rumah dan masak-masak. Diam-diam aku mencari-cari orang yang katanya ayahku, tapi tak aku temukan sosok tadi malam yang membuat aku marah.
”Orang itu pergi lagi?“ Tanyaku ke ibu.
“Maksud kamu ayah kamu?“ Tanya ibu sambil memandangku.
Aku hanya diam sambil terus mencuci piring.
”Sampai kapan kamu akan membencinya Riska?“ Dengan tatapan penuh penantian ibu mencoba meneliti keteguhan hatiku. Aku tak menjawab. Aku terus menyelesaikan tugasku. Ibupun kembali dengan tugasnya.
”Sebenarnya aku sudah capek bu kalau harus marah-marah terus saat laki-laki itu datang ke rumah. Tapi sampai kapanpun aku tak bisa memaafkannya.“ Kataku sambil terus menyelesaikan tugasku pagi itu. Ibu tak menjawab apa-apa, dia tahu watak burukku, keras kepala.
Hari ini, suasana kelas terasa berbeda, obrolan teman-temanku yang mulai aku pahami sedikit demi sedikit, ternyata mengganggu pagi suramku.
”Tuh lihat !!! cewek gila yang sok kecantikan udah datang.“ Terdengar sayup-sayup suara seorang cewek yang aku kenal betul suara cewek itu siapa. Dewi. Yaaa…..dia adalah Dewi teman sekelasku. Pernah jadi teman satu geng juga. Entah apa yang membuat aku dan dia hengkang, mungkin karena watak keras kepalaku juga. Watak yang pada dasarnya tak aku sukai ini terlanjur mendarah daging. Sampai-sampai teman-temanku menjauhiku karena tak mau bersitegang denganku. Mungki selama ini hanya Niko yang tahan dengan sifat burukku itu. Setiap hari aku cuekinpun dia takkan peduli. Aku sampai bingung, apa yang harus aku lakukan untuk melepaskan diriku darinya. Lama-lama aku merasa begitu tersiksa. Aku yang terus menerus membohongi diriku dan juga Niko.
Yang tidak aku pahami dari Niko cuma satu, kenapa dia terus mempertahankanku, kenapa dia kuat berhari-hari bahkan sekarang sudah berbulan-bulan berhubungan denganku. Hubungan yang tidak jelas untung ruginya.
Sore ini, lagi-lagi Niko minta ketemu. Bagai keledai bodoh, akupun menyetujuinya. Aku terus mengutuk diriku, aku terus mengecam kemunafikanku. Aku sama sekali tak mencintainya, bahkan sama sekali tak berencana untuk mencintainya.
Saat kami ketemu, Niko terlihat canggung. Dia dandan cool banget, menurutnya. Tapi menurutku, biasa aja.
“Riska, aku bawa sesuatu buat kamu,” kata Niko membuka pembicaraan.
“Aku sengaja ngajak kamu ketemuan cuma pingin ngasih ini.” Kata Niko sambil menyodorkan sesuatu. Sesuatu dalam plastic, masih dibungkus kotak juga. Aku menerimanya.
“Apa ini?” tanyaku penasaran.
“Sesuatu, tapi kamu tak boleh membukanya sampai kau tau siapa aku.” Baru kali ini aku dikagetkan dengan kata-kata Niko.
“Apa maksudnya?” pikirku
“Kenapa?” tanyaku heran.
“Kau akan tahu siapa aku nanti.” Jawabnya.
“Sekarang sebaiknya kamu pulang.” Katanya lagi.
Berkali-kali bertemu dengan Niko, baru kali ini aku merasa enggan untuk pergi duluan. Niko berlalu tanpa kusadari. Aku masih berdiri terpaku, memegang barang misterius pemberian Niko.
***
Hari berganti dengan cepat. Suasana di dalam rumah terasa begitu aneh buatku. Ibu dan laki-laki yang mengaku sebagai ayahku juga ada di rumah saat aku pulang ketemu Niko kemarin. Aku masih tak peduli dengan kehadirannya. Walaupun akhir-akhir ini laki-laki itu terus berada di rumah
Sore itu, saat aku sedang asyik dengan hobiku bermain-main didalam kamar, tiba-tiba ibu memanggiku, ”Riska. Teman kamu datang tuh, ditunggu di ruang keluarga.“ Katanya .
”Teman? Siapa? Kok di ruang keluarga segala.“ Sesaat aku berhenti bermain. Kemudian aku keluar kamar.
Begitu sampai di ruang keluarga, aku melihat ibu, adikku, Niko dan laki-laki yang katanya ayahku. Aku berjalan males menghampiri mereka.
”Sini duduk sayaaang...“ Kata ibu. Yang lain hanya diam menatapku.
”Ada apa? Tumben amat pada ngumpul?“ Tanya ku. Aku masih belum duduk.
Aku masih berdiri di dekat kursi dimana ibu duduk. ”Riska, maafkan kami, jika selama ini kami tidak berterus terang terhadapmu. Kami membiarkanmu hidup sengsara, dan kami tak bisa berbuat apa-apa untuk membuat kamu bahagia.“ Suara ibu tercekat di tenggorokan. Lama dia terdiam, seolah-olah ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya. Aku masih belum paham dengan apa yang mereka katakan. Aku masih terus berdiri didekat kursi ibu.
”Riska, selama ini kami menyimpan rahasia besar tentang kamu.“ Kata ayah. Aku masih tak bergeming.
”Ini mengenai keluarga kamu.“ Lanjutnya.
“Iya Riska, sebenanya kami bukan keluarga kandung kamu.“ Kata-kata ibu kali ini benar-benar melemaskan seluruh pesendianku.
”Barang-barang yang kemarin aku kasihkan ke kamu adalah foto mendiang keluargamu Ris.“ Kata Niko semakin membuat aku linglung. Aku masih tak mengerti. Aku masih mencerna kata-kata mereka. Baru ketika aku tak kuasa menahan air mataku, aku sedikit bisa memahami maksud mereka. Ternyata aku bukanlah siapa-siapa di rumah ini. Wanita yang selama ini suka marah-marah sama aku. Wanita yang kini sudah berubah seratus persen ternyata buka ibuku. Laki-laki yang sangat aku benci juga bukan ayahku. Dia ayah Niko, laki-laki yang selama ini begitu sabar menghadapi sikapku. Mereka ternyata punya kesalahan dimasa lalu. Ayah Nikolah yang menyebabkan keluargaku tak utuh. Tinggal aku seorang. Ia berbuat baik dan menahan semua perilakuku demi pengabdian atas kesalahannya.
Aku terus menangis. Menangis sampai air mataku kering. Menangis untuk kebodohanku. Kebodohanku yang tak pernah mengetahui siapa aku sebenarnya. Air mataku tak mau berhenti sampai aku bisa melihat keluargaku. Aku berlari keluar rumah. Terus berlari, tak mendengar teriakan dari orang-orang rumah yang mengejarku. Aku akan terus berlari. Berlari sampai air mataku kering. Berlari sampai kakiku tak sanggup lagi untuk berlari.
Friday 19 February 2016
Metamorfosa Sebuah Kesuksesan
Metamorfosa Sebuah Kesuksesan |
Thursday 18 February 2016
Terasing di Dalam Negeri
Haii..hai ..haiii....guys. Yups tak dipungkiri , menulis ternyata tak bisa serta merta hanya mengetikkan kata-kata tanpa konsep yang jelas. Disini aku akan ceritakan sedikit tentang kehidupan aku dan kawan-kawanku yang boleh di bilang berbeda dengan yang lain. Kenapa kok beda?
Yuhu, kebetulan kita tinggal di lingkungan yang tidak biasa seperti halnya orang lain di sekitar kita. Do you know what i mean? Ohhh ..pasti bingung ya, karena tulisanku yang sedari tadi muter-muter nggak jelas. Oke... Langsung saja, cekidot.
Tuesday 16 February 2016
Siapa Tak Kenal Cinta?
semua orang mengenalnya,
terkadang kau hadir menggebu-nggebu sampai menyesakkan dada.
terkadang kau menghilang tak berbekas, bahkan menyisakan rasa yang bukan lagi cinta ..
cinta itu apa, siapa, dimana, kenapa dan bagaimana ???
begitu banyak manusia mendambanya.
oh ..cintaa
terkadang buta, lebih banyak menderita.
terkadang mempesona, lebih banyak nestapanya...
kenapa butuh cinta ???
cinta kepada siapa ???
cinta untuk apa ???
dan cinta yang bagaimana ????
aku suka, bahagia, menderita, bahkan gila, juga karena cinta ...
cinta seolah jadi dewa
diagungkan, disanjungkan,