Monday 16 May 2016

Dayung kehidupan

Arus boleh di ikuti asal kita punya dayung.

Saturday 14 May 2016

Diamlah. Maka Kau Selamat

من صمت نجا ternyata gampang jika pingin jadi orang yang selamat, aman, tentram, dan tanpa gangguan. DIAM. yahh cuma kata itu yang mampu menyelamatkan diri kita. nggak banyak omong kecuali memang di butuhkan. seperti Rosulululloh. beliau tidak pernah berbicara untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. tapi yang jadi pertanyaan, mampu nggak kita melakukan itu. disaat orang-orang bisa membicarakan hal apapun didunia yang penuh dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, terus kita hanya di suruh diam dan mengucapkan kata-kata penting saja? lalu kita mau ngomongin apa? dengan pengetahuan kita yang minim tentang kehidupan, kita mau ngomonginn apa kalau hanya ngomongin hal yang dibutuhkan saja.

Monday 9 May 2016

Terasing dalam Negeri eps.Masuk TV


Hanya sekelumit kisah dari kami, para manusia biasa yang sedang berproses menuju luar biasa. sebuah pencapaian yang tentunya tidak dengan serta merta dapat kami nikmati hasil akhirnya dengan mudah. perjuangan, pengorbanan, penantian, dan pe-an pe-an lainnya yang terus mendampingi langkah kami. kami bukanlah siapa-siapa, tapi kami sedang berproses menuju luar biasa. karena kami tahu Tuhan tidak pernah ingkar janji, maka dari itu kami terus semangat menggapai cita-cita kami.
pencapaian bukanlah tentang seberapa besar hasil yang kau dapatkan, seberapa tinggi derajat yang kau dapatkan, tapi seberapa keras engkau berjuang, seberapa bulat tekad yang kau genggam, dan seberapa kuat kau terus bertahan dari berbagai tertapaan rintangan. Proses tidak pernah membohongi hasil, begitu halnya dalam pepatah jawa di sebutkan "rego nggowo rupa (mahal murahnya harga suatu barang, tentu akan berimbas pada kualitas dari barang itu sendiri). sedikit banyaknya perjuangan dan pengorbanan yang kau lakukan tentu akan berimbas pada hasil akhir yang kau dapatkan. Alloh memberikan rizki sesuai dengan kerja keras kita. semakin keras kita berusaha mendapatkan rizki  yang halal, tentu akan semakin banyak rizki yang kita dapatkan. semakin gigih kita mencari ilmu, tentu akan membuat kita semakin banyak mengetahui segala sesuatu.
Alloh tidak pernah ingkar janji kawan, yakinlah Ia tidak pernah melupakan sekecil apapun usaha kita untuk melakukan perbaikan. terus berhijrah dan tingkatkan kualitas diri, mari sama-sama bergerak ke arah yang lebih baik.
salam ukhuwah, dari kami yang terasing di dalam negeri sendiri.

Saturday 30 April 2016

Tips belajar bahasa dengan mudah.

okkke   ....well guys ,,,
siapa sih yang nggak ingin memahami semua jenis bahasa, tentunya banyak dong yang ingin tidak hanya bisa, tapi juga menguasai bahasa dengan baik.
tapi jeleknya nih ya, kebanyak dari kita itu selalu ingin hal-hal yang instan. bener nggak sih?
belajar bahasa pingin cepet bisa seperti masak mie instan yang 5  menit langsung oke..
well ....yups memang nggak mudah sih, untuk menguasai bahasa hanya dengan hitungan hari, apalagi jika kita nggak ada temen yang bisa di ajak untuk berdialog dengan bahasa yang sedang kita pelajari.
tapi tips dari saya ya guys, mending nggak usah terlalu di pusingin deh itu temen yang nggak mau ngebantu kita memperlancar bahasa asing kita, dalam artian nggak mau ikut berdialog dengan  bahasa yang sedang kita pelajari. yang perlu kita lakukan untuk memperlancar proses penguasaan bahasa kita adalaahhhh ...
yang pertama ...jangan berhenti mengumpulkan kosa kata baru.
belajar bahasa apapun, kosa kata adalah hal yang paling pertama dan paling utama yang harus kita miliki. nggak perlu banyak-banyak untuk buka lapak (ciee elahh..kaya jualan aja) maksudnya kumpulkan aja sedikit demi sedikit kosa kata yang paling sering kamu gunakan. nanti lama-lama kalau kamu rajin mengumpulkan kosa kata baru setiap harinya, tanpa di komandopun, koleksi kosa kata kamu akan bertambah seiring berjalannya waktu. ingat yaaa guysss ...semua butuh proses, jangan melulu mengharapkan sesuatu dengan instan.
yang kedua ...praktekkan kosa kata yang kamu kumpulkan setiap hari.
 yuppppsss you must practice it...jangan cuma dikumpulin aja guys, praktekin. meskipun nggak satupun di antara teman kamu yang ngmong dengan bahasa asing misalnya, PD aja, kamu gunakan kosa kata yang sudah kamu kumpulkan tadi. misalnya nih ya, kamu lagi ngumpul sama teman kamu, coba deh kamu ngomongnya dengan bahasa yang sedang kamu pelajari. misalnya kamu lagi fokus untuk meningkatkan bahasa inggris kamu, kamu coba gunakan bahasa inggris untuk ngobrol sama mereka.  yaahh ..meskipun awalnya terasa aneh dan merepotkan karena kita harus menerjemahkan ulang dan harus menerima cibiran-cibiran dari mereka, tapi itu sangat membantu. its really work guysss..you must try it.
yang ke tiga ....dengarkan dialog dari sang empunya bahasa
kalau kamu sedang belajar bahasa orang inggris, coba kamu dengarkan dialog mereka directly atau secara langsung. bagaimana caranya ??? jangan bingung-bingung, sekarang bukan jamannya poto pake klise ya guyss,,,apa sih yang nggak bisa kita lakukan di jaman yang serba canggih seperti  sekarang ini. manfaatkan gadgetmu, gunakan ia sebaik mungkin. gunakan internet yang sudah menyebar sampai ke pelosok negeri. kalau butuh modal, yaaahhh modal dikit lah....karena nggak ada ilmu yang nggak butuh modal cuiii...hanya jumlahnya aja mungkin beda. download dialog dari sang empunya bahasa, ingin belajar bahasa inggris, yaa download everything about english. cari yang berbau inggris semuanya.
yang ke empat .....Biasakan!!!
naahhh yang terakhir guysss. Biasakan. Because languange is about habbit. bahasa itu kebiasaan guys. jadi nggak ada yang sulit kalau kamu mau membiasakan. anak-anak kecil di luar negeri sana, banyak yang bisa bahasa inggris. kerena mereka membiasakan ngomong pakai bahasa inggris. kita di Indonesia, bisa bahasa Indonesia, mahir bahasa Indonesia, karena kita biasa ngomong bahasa Indonesia. Orang Indonesiapun kalau nggak terbiasa ngomong bahasa Indonesia, nggak akan bisa ngomong selancar ini.
Okke ...guysss itu tips dari saya tentang  pembelajaran bahasa, semoga bermanfaat...:)

Tuesday 26 April 2016

Sang Guru. Masihkah kau beranggapan guru itu sebuah cita-cita?

Yaah ...semua orang sudah tahu profesi yang satu ini. Guru.
siapa sih yang nggak mau jadi guru, hidup terhormat, banyak kenalan, ilmunya bermanfaat, dan masih banyak lagi anggapan-anggapan yang melekat pada sosok ini.
tapi kita sadar nggak sih, kalau semua orang itu merupakan seorang guru?
atau selama ini kita hanya bernaggapan, bahwa guru adalah orang yang berdiri di depan kelas, yang di kerubungi anak-anak berseragam setara PAUD, SD, SMP, SMA, bahkan sampai perguruan tinggi?
yang setiap pagi berangkat ke sekolah, menyiapkan  materi dan mulai menyalurkan ilmunya didepan anak-anak didiknya?
bahkan ada yang masih ngajar diluar jam sekolahnya?
apakah itu sosok guru yang kalian anggap selama ini?
hanya merekakah yang kalian anggap sebagai guru?
lalu bagaimana dengan diri kita, dengan orang tua kita, dengan lingkungan kita, dan dengan alam yang selalu menemani kita dalam keadaan apapun. apakah kita tidak menganggap mereka sebagai guru kita?
baiklah kawan. kau boleh bercita-cita sebagai guru. sebagai pioner perubahan dunia yang serba canggih seperti sekarang ini. tapi perlu di ingat kawan. diri kita. diri kita ini adalah guru yang sejati untuk diri kita sendiri, syukur-syukur kita bisa menjadi guru unutk orang lain. jangan anggap guru itu sebagai cita-cita. guru itu kewajiban. kewajiban kita sebagai manusia yang di beri akal dan pikiran untuk melakukan perubahan. kita boleh tak mendidik orang lain, kita boleh tak memakai seragam untuk memperlihatkan pada orang-orang bahwa kita adalah seorang guru. tapi kita tak boleh mengabaikan kewajiban kita untuk mendidik diri kita sendiri.
ingat kawan, guru adalah kewajiban, bukan cita-cita.
kita berkewajiban mendidik diri kita, kita berkewajiban mendidik orang-orang di sekitar kita kalau kita mampu.
kalau kita tidak mampu, tak selayaknya kita menjerumuskan mereka ke lembah jurang yang menyesatkan. menurut salah satu Ulama besar Indonesia Kyai Sahal Mahfud, "untuk menjadi orang baik itu mudah. cukup dengan diam saja kita sudah kelihatan baik. tapi untuk menjadi orang yang bermanfaat itu tidaklah mudah, karena hal itu membutuhkan perjuangan."
memang benar, memanfaatkan apa yang kita miliki, katakanlah ilmu, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. karena kita membutuhkan tekad dan keinginan yang kuat. tanpa itu semua, ilmu yang kita miliki akan seperti pohon yang tak berbuah. dia bisa tumbuh lebat, tapi hanya untuk memperindah diri sendiri. ia tak bisa sekedar membiarkan orang lain mencicipi buahnya, karena memang ia tak punya buah.
jadi sekali lagi kawan.  pertimbangkanlah, jangan kau egois dengan menjadikan guru sebagai cita-citamu, yang nantinya kau hanya akan menyenangkan dirimu saja, tanpa memikirkan nasib orang-orang yang kau didik. kau hanya beranggapan bahwa kau telah mencapai cita-citamu dengan kau dapatkan panggilan dari anak-anak didikmu dengan sebutan bapak guru atau ibu guru.
perbaiki niatmu dengan sebaik-baik niat untuk menyalurkan apa yang telah kau peroleh dalam kehidupan ini.
semoga bermanfaat ..see yaaaa ...:)

Sunday 10 April 2016

Terasing di Dalam Negeri eps. Strange

"What do you think about her?" satu kata yang terlontar dari mulut yang entah apa yang dia pikirkan ketika melontarkan pertanyaan itu.
"strange." tiba-tiba sebuah jawaban yang datangnya bisa ditebak, (maksudnya dari teman mereka sendiri) menjawab pertanyaan yang menurutku sih nggak perlu di jawab. kenapa? karena jelas-jelas mereka sudah tau jawabannya. yahh meskipun agak keterlaluan juga sih sebenernya ketika beranggapan kayak gitu. secara mereka selalu bersama, bahkan tidurpun selalu bersama.
"why? kata si sang empunya pertanyaan menuntut penjelasan dari yang menjawab pertanyaannya tadi. 
"Because when i story, she doesn't answer. and when she story, i don't undertsand." jawabnya.
Nah loh..ini nih yang bikin aku gagal total, eh gagal paham ding maksudnya.
what they mean?
seperti yang kalian ketahui guys, memang kita selalu terasing didalam negeri, dan inilah kekonyolan berikutnya yang berhasil aku post. sudah hampir satu tahun kita hidup terombang-ambig dalam dunia yang katakanlah berbeda dari yang lain. dan untuk kesekian kalinya aku berhasil dibuat tergelak dengan percakapan yang konyolnya melebihi obrolan si warkop DKI itu tuhh...
bagaimana tidak, mereka selalu berbicara dengan bahasa inggris tapi dengan accent dan struktur kalimat bahasa jawa. 
tak bisa di pungkiri, kalau obrolan yang baru saja aku cuplik barusan itu juga bagian dari obrolan mereka. aku yakin banget, maksud kata story  di atas pasti bercerita. dan kata itu mendarat sempurna di bandara yang tidak seharusnya. (emange pesawat gan, pake mendarat segala?) maaf nih penulisnya udah mulai anget kayaknya kepalanya, perlu aq*a?? ...
Yahh ..ini juga efek aku campur terus bareng mereka guyss, lama-lama aku bakal terkontaminasi deh. kan banyak yang bilang, lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan suatu makhluk hidup. Lahh aku juga makhluk hidup. otomatis, virus tular menular itu pasti pelan-pelan akan merambah ke situs jejaring otakku juga nih..
tapi tak apalah, namanya juga belajar. sedikit banyak kesalahan-kesalahan pasti ada, yang penting nggak nyerah dan terus belajar.
keep fighting and do your best girls...make us proud of you. 
okke ...see yaaaaaaa

Sunday 3 April 2016

اشكر بنعمت الله ..syukurilah nikmat Alloh

Untukmu Yang beruntung Dan sombong..
Untukmu Yang beruntung Dan cuek.
Untukmu Yang beruntung Dan selalu  berbangga hati menjadi orang beruntung.
Untukmu Yang beruntung Dan rendah hati.
Untukmu Yang beruntung Dan penuh kasih.
Untukmu Yang beruntung dan selalu bersyukur.
Dan Untukmu Yang beruntung Dan tahu bagaimana memanfaatkan keberuntunganmu dijalan Yang benar.
Mungkin kau bukan salah satu dari orangYang harus bersusah payah mengarungi kehidupan Demi sesuap nasi.
Tapi cobalah keluar kawan..
Ketuk hatimu, lihat orang-orang di liar sana.
Mereka Yang terus tertunduk letih memikul beban Demi kepingan Logam untuk tanggung jawab pada keluarga...
Menyuapkan nasi dan lauk seadanya meski uang yang tak seberapa telah kantongi.
Pakaian yang sederhana, perhiasan yang tak ada, uangpun untuk sehari saja.
Tapi mereka tetap kuat, mereka tetap berusaha, dan mereka tetap menerima. 
Kita yang serba ada, terlalu banyak meminta.
Kita yang mau apapun bisa, tarlalu banyak cela..
Oh Tuhan.. kasihmu tiada tertandingi bagi mereka yang selalu mendekat dan menghindari jarak.
Dekaplah mereka yang kurang beruntung.
Hapuslah air mata mereka yang lelah menahan derita.
Syukurkanlah kami yang hidup tanpa kurang suatu apa..
Dermawankanlah kami kepada mereka yang membutuhkannya..
ثبت قلوبنا عل دين الاسلام و عل طا عتك...

Tuesday 29 March 2016

Untukmu Wahai Calon Ayah dari Anak-Anakku

Untukmu wahai calon ayah dari anak-anakku..
Mungkin sekarang engkau sedang bermanja-manjaan disana bersama keluargamu..
Engkau tumpahkan keluh kesahmu dalam pangkuan ibundamu..
Engkau rengekkan semua deru desah rasa lelahmu pada ibumu...
Tapi tahukah engkau wahai calon imamku??
Kelak... saat waktunya tiba, engkau harus rela meninggalkan itu semua..
Engkau harus rela menanggung semua keluh kesah dari anak-anakmu dan istrimu...
Engkau akan merasakan nikmatnya mengesampingkan kepentinganmu diatas kepentingan anak-anakmu dan istrimu ...
Untukmu wahai calon ayah dari anak-anakku ..
Sudahkah engkau siapkan dirimu untuk menjaga ahli-ahlimu?
Sudahkah engkau bulatkn tekadmu untuk membela keluargamu dari panasnya api neraka?
Untukmu wahai calon ayah dari anak-anakku...
Tak ayal ketidaksempurnaan pasti akan melengkapi hari-hari kita..
Tapi jnganlah engkau kikuk dengan kekurangan yang Alloh anugerahkan untuk kita..
Kesempurnaan dan ketidaksempurnaan bukanlah hal yng harus di perdebatkan..
Keduanya akan berubah menjadi warna pelangi yang begitu indah jika kita mampu mewarnai keduanya dengan paduan warna yang sempurna.. 

Friday 25 March 2016

Cukuplah Kau Buat Aku Cemburu dengan Waktu

Kau diam disana sayang ....
Seolah-olah kita tak ada apa-apa
Kau berjalan menyusuri sisa-sisa reruntuhan hati yang semakin berkeping-keping.
Kau tak sadar kalau  perasaanmu semakin hari semakin menuntut.

Aku biarkan rasa ini terus tumbuh dan mengakar,
Meskipun aku tak yakin ia akan berbuah.

Mungkin kau tak sadar, saat tak seorangpun mengingatmu ternyata masih ada satu hati yang begitu enggan untuk berpaling darimu.

Tak perduli ia kau abaikan ..
Tak peduli ia kau buat cemburu setiap waktu.
Sebenarnya apa yang kau lakukan, sampai menampakkan diri dalam sekejappun kau tak pernah bisa.

Waktu ...
Ia semakin tegas berjalan.
Tak pedulikan orang-orang yang berteriak memintanya kembali.

Begitukah kamu?
Meskipun aku berteriak memintamu kembali, kau tak peduli Dan terus melangkah meninggalkan aku yang masih berpegang erat dalam genggaman semu.

Kamu Dan waktu ..
Dua hal yang berbeda tapi terasa sama

Saturday 19 March 2016

Setirlah Hatimu Sesuai Jalan Tuhanmu

Beginilah hati kawan ....
Kau tidak akan tahu seperti apa ia bekerja.
Ia merasakan senang, sedih, bahagia, kecewa, menderita, berduka, dan bermacam perasaan lainnya.

Tanpa minta pertimbangan, ia terus berubah-ubah.
Senang, Kau tak tahu kapan rasa senang itu akan datang.
Sedih. Kau tak punya jadwal kapan rasa sedih itu harus datang menghampiri dirimu.
Kecewa, berduka, merana. Semuanya ...
Sama sekali  kau tak punya prediksi untuk kedatangan mereka.

Hati...
Orang bilang ia adalah tuan dari semua bentuk aktivitas dari tubuh kita.
Kau bisa tertawa, Itu karena ada perintah dari hati pada anterios korteks cingulated.
Kau sedih itu juga atas perintah hati.

Bagaimana kau mengelola hatimu sekarang?
Ke arah mana kau bimbing hatimu sekarang?

Jika kau tahu hatimu berperan penting atas tindakanmu?
Apakah kamu akan berdiam diri dan membiarkan hatimu di setir oleh yang lain?
Tanpa melakukan pemberontakan?
Tanpa melakukan perlawanan?
Tanpa melakukan perbaikan agar hatimu tetap dalam kuasa Rabb-mu?

Hati ....
Rumit sekali untuk memahamimu.



Sunday 13 March 2016

Setan Saja Tak Mau Kalah, Bagaimana Bisa Kau Begitu Lemah?

Ada tapi tak ada, 
Kau mampu membuat dirimu ada, tapi kau juga mampu melenyapkan dirimu begitu saja.

Apa yang kau rasakan  saat keinginanmu tak terwujud?
Apa yang rasakan saat mimpi-mimpimu terputus di tengah jalan?
Apakah kau akan diam saja?
Apakah kau akan meminta bantuan?
Apakah kau akan menyerah dan membiarkan semuanya berlalu begitu saja?

Kalau tidak?
Lalu apa yang akan kau lakukan?
Berdiam dirikah?
Memberontakkah?
Atau menghapus semua bayang-bayang mimpi yang kau rajut semalam suntuk?

Siapa yang bisa mengeluarkanmu dari zona tak jelas begitu?
Kenapa kau selalu ragu?
Kenapa kau selalu buntu?
Kenapa pula kau selalu menuruti nafsu?

Apakah kamu tahu, jika setan saja tak pernah menyerah untuk menghancurkan urusanmu.
Ia selalu memporakporandakan tatanan kehidupan yang kau susun sedemikian rupa.
Ia menej semua rencana dalam mimpimu dan ia berantakkan semuanya?

Apakah kau tahu, kalau setan selalu ingin kau mengingkari Tuhanmu dan menuntut yang lebih dan yang lebih?
Kalau setan saja punya strategi untuk mencampuri urusanmu, kenapa kamu begitu santai menghadapi mimpimu yang di hadang cobaan dari sana sini?

Tidakkah kau kenali siapa dirimu?
Tidakkah kau kenali siapa pengabul setiap doamu?
Tidakkah kau kenali siapa perancang dari setiap mimpi-mimpimu?

Kenalilah dirimu. 
Pelan...Pelan ....
Kau akan mengenali siapa Tuhanmu.
Tuhan yang Terbaik, Tuhan yang Tertinggi, Tuhan yang Suci.
Tuhan yang mengerti bahwa mimpimu patut untuk kau  hargai ..

Tuesday 8 March 2016

Yakinlah! Janji Tuhan pasti ditepati

Tak ada jalan yang tak berkelok dalam sebuah lintasan kesuksesan,
Tak ada kesuksesan yang di raih dengan cuma-cuma,
dan tak ada kesuksesan yang di raih tanpa air mata.

Kesabaran dan kepedihan, mungkin bukanlah penebus yang seimbang untuk sebuah kesuksesan yang kita capai, 
Melihat begitu banyaknya kekurangan dan kesalahan yang sering kita lakukan.
Tapi bukanlah sebuah kesalahan jika kita terus menaruh harapan dalam setiap kesabaran dan kepedihan yang kita rasakan.

Lika-liku jalan menuju kesuksesan, bukanlah sebuah permasalahan baru lagi,
dimana kejayaan bukanlah pencapaian  yang akan datang dengan sendirinya,
dan kejayaan bukanlah pencapaian akhir dari setiap tetesan keringat yang kita kucurkan.

Tapi perlu diingat kawan, 
Tak ada kesengsaraan yang hakiki selama iman masih didalam dada.
Tak ada kepedihan yang abadi selama kita yakin janji Tuhan pasti di tepati.

yaa Alloh ...
Jika ketekunanku membuahkan hasil,
Jangan jadikan aku lupa dengan perjuanganku.
Jika kepedihanku memekarkan bunga kebahagiaan,
Jangan jadikan aku sekuntum bunga yang layu karena kesombongan

yaa Alloh ...
Aku hanya bisa menyebut nama-Mu,
Aku hanya bisa mengadu pada-Mu,
Aku hanya bisa mengeluh pada-Mu,
dan aku hanya bisa mempercayakan kehidupanku pada-Mu.

Saturday 5 March 2016

Terasing di Dalam Negeri. Eps. Mawar Bengkok

„Okke..girls let’s translate our material today into english. Don’t forget try to make good sentences okke.” Aktivitas pagi yang lumayan melebarkan mata. Berfikir. Ketika mata masih ngantuk sudah disodori kitab jawa pegon dan harus di alih bahasakan dalam bahasa inggris. Huammmm …..ada yang masih menguap, garuk-garuk kepala, berusaha nahan ngantuk dengan clingak clinguk sana sini. Asikk bener lihat mereka kaya gitu, kaya lagi nonton opera…ahaha 
 Entah kenapa pagi ini tiba-tiba aku di bikin baper dengan materi yang kita bahas. Akhlak. Yaahhh …kata itu mengingatkanku dengan keadaanku, temanku, keluargaku, saudara-saudaraku sebangsa tanah dan sebangsa air ( maksudnya sebangsa dan setanah air, emange cacing ma ikan bangsa tanah dan bangsa air. Ngawur ni lama-lama si penulis). Nasib kita sebagai generasi muda yang berakhlak, sudahkah kita membuktikan bahwa kita memang berakhlak? Atau omdo aja yang di gede-gedein? 
 Heumhhh ....Negeriku tercinta negeriku tersayang. Meskipun aku harus terasing di dalam negeriku sendiri, tapi bukan berarti aku tak peduli dengan tanah airku, tumpah darahku. Justru aku begitu bangga dengan negeri ini sampai terkadang begitu fanatik. Meskipun nggak jarang juga muncul perasaan benci yang sangat sangat tidak terkendali dengan betapa bejatnya moral sebagian bangsa yang tidak bertanggung jawab. Mereka mencoreng negeriku, mereka menodai nama baik negeriku, mereka menghancurkan masa depan negeriku,dan sebagainya dan sebagainya ( Episode allay juga nih kayaknya).
 Yaahh tapi begitulah kenyataannya. Beginilah negeriku, yang sebisa mungkin aku harus mencoba menjadi bangsa yang baik dan nggak ikut-ikutan tu sikap orang-orang yang begitu kejam menyiksa bumi pertiwi dengan tingkah-tingkahnya yang so s***(sorry). 
 okke ...ngomong masalah moral, memang itu momok yang telah menjamur dimana-mana. Dulu ya, pas aku masih kecil, kasus-kasus kriminal itu terjadi di kota-kota besar, lahh sekarang, di pojokan desa terpencilpun sudah ada kasus kriminal. naudzubillah. Apa sih yang mendalangi mereka sampai berbuat kayak gitu? membunuh, mencuri, melecehkan, malah sampai booming tuh kasus sianida, kurang kerjaan banget deh. 
Daripada ngerjain orang lain, mending nyari belut tuh disawah atau bersihin sampah yang bikin banjir, kan lebih bermanfaat. Adduhhh jadi ngelantur kemana-kemana, perasaan mau bahas mawar bengkok deh kok jadi sianida segala di bawa-bawa. 
Eittsss...sabar bro, jangan salah, mawar bengkok disini ada kaitannya dengan kasus-kasus di atas. kok bisa??? Yaa bisa lahh. 
kita cek yaa relasinya sekarang? aku nanya deh ma kalian? kira-kira kalau mawar bengkok itu apa penyebabnya? terus kenapa pula dia bisa bengkok? bisa nggak kalau kita bikin tu mawar nggak bengkok? Ayoo yang bisa jawab tunjuk gigi, eh tunjuk tangan ding..hehe 
 betul sekali heiii kamu yang bisa jawab, begitulah korelasinya. Kita ibaratkan moral bangsa adalah sebatang pohon mawar. 
Dalam kitab Akhlaqul Banin ataupun Akhlaqul Banat karya Umar Ibn Ahmad Barja‘ itu dijelaskan, kalau akhlak seseorang itu diibaratkan sebagai pohon mawar. Disitu di ceritakan kalau dalam Akhlaqul Banat pelakunya adalah Fatimah dan ibunya kalau Akhlaqul Banin sang pelaku adalah Ahmad dan bapaknya. Antara Fatimah dan Ahmad itu sama-sama anak kecil yang berbudi pekerti baik dan juga sangat cerdas anaknya, mereka selalu menanyakan hal-hal yang tidak mereka pahami diusia mereka yang masih sangat kecil. Suatu hari, mereka pergi ke kebun, dan melihat pohon mawar yang sangat cantik, tapi sayangnya pohonnya bengkok. Tanpa di suruh mereka langsung menanyakan kenapa pohon mawar yang begitu cantik ini pohonnya bengkok. Untuk anak seusia mereka, itu adalah pertanyaan yang luar biasa, tandanya mereka peka dengan lingkungan sekitar, kalau aku sih, mungkin kalau lihat mawar bengkok mikirnya karena udah takdir ...hehe. 
kemudian orang tua mereka menjawab, mawar itu bengkok karena ketika masih kecil tukang kebunnya nggak meluruskannya ketika mawar itu bengkok, jadinya saat besar, susah mau di lurusin, nanti bisa-bisa patah pohonnya. 
Sama dengan manusia, ketika manusia itu tidak dididik akhlak yang baik sejak kecil, saat besar nanti mereka akan susah untuk dididik akhlak yang baik. Di larang begini, bilangnya katrok. Nggak boleh begitu bilangnya orang tua kejam, cerewet, nggak sayang dan bla..bla...blaa...berikutnya yang terkadang menyesakkan dada. 
 Jadi, alangkah baiknya bagi kita selaku generasi muda, mumpung belum terlalu bengkok, lebih baik kita cari solusi untuk meluruskan sikap kita yang masih bengkok. Jangan terus salahkan keadaan yang mempengaruhi kepribadian kita. 
Hidup itu pilihan brothers. Kita sudah di tunjukkan antara jalan yang lurus dan jalan berkelok. Tentunya sebagai manusia yang berakal, kita bisa memilih jalan mana yang harus di tempuh dan yang harus kita tinggalkan. Okke guys….salam ukhuwah, tetap semangat dan make a good movement. Mari berhijrah ….:)

Tuesday 1 March 2016

Wa’alaikum salam akhii ….

Wa'alaikum salam akhiii..

“Assalamua’alaikum ukhti, apa  kabar?”
Aku buka handphoneku dan ku lihat ada sms dari nomor yang tak ku kenal.  Sebentar ku ingat-ingat nomor itu, tapi nihil, memori otakku tak berhasil menemukan nomor yang tertera di layar handphoneku sekarang. Rasa penasaran mulai bergelayut ria. Aku ingin membalasnya, tapi keraguan tak mau kalah berdesakan berbaur dengan rasa penasaranku.
Aku masukkan handphoneku ke tas punggung kesayanganku dan tak memperdulikan sms yang baru saja mengacaukan pikiranku.
“Maaa…Aathifa berangkat dulu ya…” kataku. Kebetulan mama lagi di kamar mandi, jadi aku tak sempat cium tangan seperti biasanya.
„Iyaa sayang, hati-hati“. Kata mamaku dari dalam kamar mandi dengan suara yang tak kalah kerasnya dengan suaraku.
Tiba-tiba handphoneku berdering lagi. Aku mencoba mengabaikan dan terus melangkah keluar rumah.
***
„Aathifaa..Aathifaa....disini.“ kata seseorang yang suaranya tak asing lagi buatku. „Heiii..udah dari tadi?“ tanyaku sambil berlari ke arahnya.
„Baru 5  menitan.“ Kata orang yang tadi memanggil-manggil namaku. Nuria. Yaahh...dialah orang yang suaranya begitu aku kenali. Aku tak akan tertukar dengan siapapun meskipun aku hanya mendengar suaranya tanpa harus melihat wajahnya. Dia teman satu organisasi denganku. Dan kami bertemu dalam organisasi sosial yang kami jalani bersama. Memang belum lama kenal dengannya, tapi aku merasa seperti sudah mengenalnya sejak lama. Aku begitu nyaman ketika bersama dengan dia.
„Kita mau kemana nih?“ tanyanya tanpa melihatku. Dia sibuk mengamati lingkunga sekitar yang meskipun sudah kami lewati berkali-kali tapi rasanya selalu ada saja yang menarik untuk di amati di tempat tersebut.
“Enaknya kemana yaa?” kataku bukannya menjawab pertanyaannya malah bailk bertanya.
“Sebel deh, ngajak keluar tapi nggak jelas tujuannya?’ katanya mulai melotot ke arahku.
“Upsss…Soriii sorii. Bukannya gitu. Aku punya tujuan, cuma siapa tahu kamu juga punya usulan kita mau kemana gitu?” kataku dengan alasan yang biasa aku lontarkan tatkala kepergok ngajak jalan tapi nggak punya tujuan yang jelas.
Begitulah Nuria. Dia selalu bersedia menemani kemanapun aku pergi, tapi dia paling benci kalau aku tak punya tujuan yang jelas.
“Gilaa kamu yaa,, emang biasanya gimana?” katanya lagi mulai ngambek.
“yaahh ngambek deh.” Kataku.
“Auuu.”
Tiba-tiba aku tersandung sesuatu. Entah kenapa aku tersungkur. Padahal Cuma terkena batu kecil. „Kamu nggak papa?“ Kata Nuria membantuku berdiri.
„Iyaa,,,aku baik-baik aja.“
„Kenapa sih, perasaan nggak ada batu besar deh, kok bisa jatuh.“
„aku juga nggak tahu.“
Kami melanjutkan perjalanan tanpa tujuan yang jelas. Tanpa terasa kami sampai di sebuah pameran lukisan yang nggak begitu besar tapi lumayan banyak pengunjungnya. „kita mampir kesitu yuuk.“ Kataku. Nuria hanya manut saja, berjalan menggandeng tanganku. Cukup lama kami berkeliling melihat-lihat lukisan yang di pajang disana. Aku tak begitu paham dengan lukisan, tapi aku menikmati indahnya goresan-goresan tangan anak manusia yang serasa tanpa cacat sedikitpun.
„Assalamu’alaikum ukhtii..“ Kali ini terdengar sangat jelas. Tanpa penghalang layar handphone atau apapun. Aku berusaha mencari sumber suara. Dan meyakinkan, apakah salam tersebut benar-benar di tujukan untukku atau ada orang lain yang sedang saling sapa. Aku memutar badan, mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat dimana lukisan-lukisan itu di pajang. Tak ada orang yang terlihat habis mengucapkan salam. Mereka sibuk dengan keasikan mereka menikmati lukisan-lukisan disana. Aku menepis rasa penasaranku dan berjalan menjauh dari tempatku berdiri.
Aku berjalan mendekati Nuria yang mulai asik dengan lukisan-lukisan di tempat itu. „udah puas belum?“ kataku mengagetkan Nuria yang sedang fokus mengambil gambar salah satu lukisan.
„euh...“ kata dia tetap fokus meskipun sempat menoleh ke arahku.
„bentar lagi.“ Katanya tanpa bergeming sedikitpun.
Aku sabar menunggu disampingnya. Tak berapa lama aku sudah bosan dan megajak Nuria pulang. Nuria hanya mendengus kesal. Aku tersenyum tanpa merasa bersalah sedikitpun. Begitulah kami. Serasa nggak ada yang perlu di canggungkan meskipun kami terkadang saling mengecewakan, tapi hubungan persahabatan kami selalu berjalan dengan damai.
***
„Darimana sayaang, kok cepet pulangnya, tumben. Biasanya betah banget kalau sudah keluar sama Nuria,” kata mama yang memang sudah mengetahui keakraban kami. “Ke pameran lukisan ma…”kataku. “Maaa,,,aku mandi dulu yaa.” Kataku sambil mencium tangan mama dan pergi ke kamar.
Aku langsung  memeriksa handphoneku. Tak ada yang aneh disana, hanya nomor yang tadi mengirim sms belum aku hapus. Aku masih bisa membaca dengan jelas sms yang aku terima sebelum aku pergi ke pameran lukisan tadi.
Tanganku mulai mengetik balasan untuk sms dari nomor tak bernama tadi. “Siapa?” tanyaku dalam balasan tersebut. Belum sempat aku menekan tombol send, ada sms baru yang masuk. Aku membatalkan sms balasan tadi dan mengecek sms yang baru saja masuk. Aku lihat nomornya, sama persis dengan nomor yang tadi pagi ngirim sms.
“Assalamu’alaikum ukhtii.. kok di sapa di pameran lukisan tadi nggak di jawab?” katanya dalam smsnya. Aku semakin penasaran. Akupun mencoba membalas smsnya. Rasanya aku belum pernah memberikan nomor hapeku ke orang yang sama sekali tak aku kenali. Kata “Siapa” yang tadi belum sempat aku kirimpun, sekarang telah melesat ke satelit di luar angkasa dan aku rasa sudah memasuki area yang di tuju. Aku meunggu balasannya, tapi tak juga di balas. Aku beranjak mandi, tiba-tiba nada sms dari hapeku kembali berdering. Aku langsung berlari mengambil hapeku, tanpa ba-bi-bu aku baca sms yang masuk. „Lupa ya?“ jawabnya.
„Maaf nomornya nggak ada namanya.“ Balasku lagi.
„Aku Faris.“
Sontak aku deg-degan nggak jelas membaca nama yang tertera dalam layar hapeku. Nama yang selama ini aku tunggu-tunggu kabarnya. Nama yang selama ini membuatku tak bisa berbuat apa-apa karena begitu merindunya. Nama yang selama ini selalu terselip dalam setiap doaku. Tapi apalah dayaku sebagai wanita berakhlak, yang katanya harus menjaga hati dan menjaga diri dari hubungan macam apapun dengan seorang ikhwan yang bukan muhrim. Aku sungguh tak bisa membohongi diriku, apalagi hatiku. Dia, telah terlanjur terlukis indah dalam lubuk hatiku.
Aku tak tahu harus berbuat apa, saking bahagianya hati ini. Aku terus pandangi nama yang tertera dalam sms tadi. Yaa Alloh, inikah jawaban dari setiap hembusan doaku? Atau ujiankah ini?  
„Wa’alaikum salam  mas Faris.“ Aku balas smsnya setelah lama bergelut dengan perasaan yang tak menentu. Diam-diam aku menunggu balasannya.
„Apa kabar ukhti Aathifa? Lama nggak ada kabar, kemana aja?“
„Alhamdulillah baik mas, mas sendiri gimana kabarnya?“
„Alhamdulillah baik juga. Lagi sibuk apa nih sekarang? Masih suka ngumpul bareng anak-anak?“
„Iya kadang-kadang mas, paling sering sama Nuria. Kita selalu jalan bareng.“ Obrolan kami megalir begitu saja. Berbagai hal kami ceritakan. Begitu bahagia rasanya hati ini. Sampai-sampai waktu berlalu begitu cepat.
„kapan bisa ketemu ukhti? Ada yang pingin aku omongin.“ katanya.
Aku tak langsung membalas. Aku ragu apakah aku yakin bisa bertemu dengannya atau tidak. Jujur. Aku sangat merindukannya, tapi kalau untuk bertemu, rasanya aku tak punya kekuatan untuk saling bertatap muka. Entahlah. Aku tak pernah punya keberanian untuk bisa berbincang dengan lawan jenis, apalagi itu orang lain. Aku biarkan smsnya tak berbalas.
Hari berlalu dan malam mulai singgah dalam peraduannya. Aku masih bingung memikirkan pertanyaan dari mas Faris. Sampai akhirnya aku lupa dan tertidur.
Nur ketemu yuk. Di tempat biasa ya, ada yang pingin aku omongin nih.
Smsku melesat ke tempat Nuria.
***
“Kenapa lagi Aathifa, baru kemarin kita ketemu udah minta ketemu lagi.”
“Aku kangen sama kamu.” Kataku meledek Nuria.
„Gombal. Pasti ada maunya .“ jawabnya
“Aku pingin ngomong sesuatu.”
“Kan bisa lewat sms ..”
“Nggak bisa, harus aku omongin langsung.”
„Apaan sih, serius banget kayaknya.“
„Sebenarnya nggak juga sih, tapi aku bingung nih.“
„Bingung“
Aku ceritakan semua yang aku hadapi kemarin sepulang dari pameran lukisan. Terlihat Nuria begitu serius mendengar curhatanku.
„Kamu coba ketemu aja kalau gitu.“
„Pliss deh Nur, kamu kan tahu aku nggak pernah ketemu sama ikhwan manapun. Mana aku berani.“
„Aku temenin.“ Katanya
Aku termenung. Ada baiknya juga kalau pergi bareng  Nuria.
„Ya udah. Nanti aku kabari lagi.“ Kataku.
„kamu mau pulang?“
„emang mau ngapain lagi?“
„yaa Alloh Aathifa, kita ketemu Cuma mau bilang kayak gini? Nggak. Nggak. Kita harus makan-makan dulu. Di kira nggak capek apa baru nyampe langsung pergi lagi.“ Kata Nuria protes.
„okke deh. Aku yang traktir. Mau makan apa?“
„Nah gitu dong....“ katanya dengan senyuman khasnya.
Akhirnya kita putuskan untuk makan dekat kita ketemu tadi.
„Yuk pulang. Kan udah kenyang.“ Kataku melirik ke arah Nuria. Dia nyerenges tanpa dosa.
***
„Ukhti...dalam diam aku berdoa,  semoga yang kuasa berkehendak menyatukan hati kita. Aku selalu menyelipkan namamu di setiap doaku, berharap semoga engkau memang bidadari syurga yang Alloh turunkan untukku. Tapi apakah engkau tahu ukhti,,,,hati ini selalu takut untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya ingin sekali aku ungkapkan. Lidah ini kelu setiap kali aku tatap wajah sendumu. Wajah yang selalu terairi air wudlu, wajah yang selalu tertunduk setiap kali engkau jumpa ikhwan yang bukan mukhrimmu. Ukhtii...dengan segenap keberanian aku kirimkan sepatah dua patah kata, berharap engkau akan memahami dan mengerti apa maksud dari tuisanku ini. Ukhtii ...jawablah salam dariku sekiranya engkau memang bersedia mengarungi samudra kehidupan bersamaku. Sekiranya engkau bersedia saling mengingatkan akan kekurangan-kekuranganku. Dan sekiranya engkau sudi menjadi ibu dari anak-anakku, dan menjadi madrasah bagi anak-anakku kelak. Assalamu’alaikum ukhti“
Aku baru saja sampai rumah, dan hatiku sudah dibuat berdebar-debar dengan kata-kata yang aku dapatkan dari mas Faris. Tanganku masih bergetar memegangi hapeku. Aku tak kuasa menahan linangan air mata yang mulai membanjiri pipiku. Yaa Allohh...benarkah dia jawaban dari setiap doa-doaku? Benarkah apa yang  aku ucapkan dalam doaku setiap saat Engkau kabulkan ya Alloh? Aku masih tak bisa mengontrol hatiku. Bahagia, senang, terharu, dan campur aduk...
Mas Faris tak memintaku hal yang lebih, dia hanya ingin kita saling melengkapi dan menguatkan. Tapi apa aku pantas yaa Alloh, dengan dia yang begitu sempurna di mataku. Di mata semua akhwat, mas Faris sempurna tiada cela.
Ya Alloh,,,haruskah aku jawab salamnya, dan aku tunggu pinangannya? Atau aku pura-pura tak tahu dengan apa yang baru saja aku baca? Hati ini terus saja bergejolak. Disisi lain aku begitu megharapkannya, tapi aku khawatir akan membuatnya kecewa dengan segala kekuranganku. Aku serasa tak punya kepercayaan diri kalau harus bersanding dengannya.
Aku mencoba mencari petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Setelah yakin dengan jawabanya, akhirnya aku putuskan untuk menjawab salamnya.
„Wa’alaikum salam Akhi...“ hanya kata itu yang bisa aku kirimkan lewat sms yang dengan sepenuh hati aku ketik dan aku kirimkan pada orang yang  selama ini begitu aku inginkan menjadi imam dalam setiap sujud ibadahku. Orang yang selama ini aku tunggu agar aku bisa meng-aminkan setiap kalimah doa yang dia curahkan pada Tuhannya. Akhiii...semoga ibadah kita sempurna degan mengikuti perintah_Nya, dan sunnah Rosul-Nya. Ammiinn.



Monday 22 February 2016

TIRAI DIBALIK KALBU

   Entah apa yang ada dibenakku saat itu, berkecimpung dalam pergaulan yang sebelumnya belum pernah aku temui. Suasana kelas yang hiruk pikuk seperti pasar, keegoisan individual yang memanas, dan ke-sok aktifan seorang peserta MOS yang sebenarnya kemampuannya biasa saja.
Tirai di Balik Kalbu

Mataku menerawang ke semua sudut kelas, pojok kelas yang dipenuhi sarang laba-laba, layaknya kelas yang tidak pernah dihuni, bangku reot, papan tulis kotor, dan eternit yang sebagian sudah pada bolong.
Saat itu pertengahan bulan juli, awal pertamaku masuk SMA. Suara kakak kelas terdengar berebut untuk meredamkan suasana yang mulai tidak jelas tujuannya. Mata dan pikiranku masih menerawang jauh ke tempat-tempat yang sangat asing bagiku. “Hei, ti SMP mana?” Tiba-tiba seseorang membuyarkan kefokusanku mengamati ruangan yang kini aku tempati. 
“Ha…?” Kataku kaget, sekaligus tak memamahami apa yang ia katakan, “Maksudnya …?” kataku lagi. “Dari SMP mana?” Katanya mengulang pertanyaannya. “Oooh, aku ? Aku dari MTs daerah Jawa Tengah.” Jawabku. 
Aku lupa, saat itu aku berada di tempat yang  berbeda dengan peradabanku, dengan bahasaku, sekaligus dengan jiwaku. 
Semua kegiatan berjalan begitu lambat, bosen benar aku berada disini. Omongan mereka yang  sama sekali  tidak aku pahami dan juga tingkah laku mereka yang menurutku over acting.
Sudah,, buyarrrr,, aku pulang dengan raut muka  memelas.
  Hari-hari pertamaku  masih aku  lalui dengan indah. Aku mulai bisa beradaptasi dengan tempat baruku. Aku mulai punya banyak teman, dan untuk suasana lingkungan yang lumayan extrim, aku mulai bisa mengikutinya. 
Selama satu tahun aku menikmati kehidupan baruku. Tapi sayangnya hal itu  tidak berlangsung lama. Setahun kemudian, “Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang,  pekerjaan di tinggalkan,  adik nggak diurus?” Suara itu seolah-olah menampar pipiku yang merah karena panas. Aku tak menjawab sedikitpun. Aku pulang telat saat itu, biasa aku pulang 13.30, hari ini aku pulang habis ashar karena ada rapat OSIS. Aku Cuma ngloyor masuk kamar dan tak memperdulikan ibu yang masih mencak-mencak diluar.
Aku merasa kehidupanku yang begitu ketat, membuat aku menjadi orang yang paling munafik didunia. Muka manis, senyum yang ramah, perilaku sopan, semuanya cuma aku suguhkan dilingkungan rumah, tapi diluar sana, apa  yang aku lakukan? Aku bertingkah layaknya orang yang bebas  tanpa pengawas. Hanya untung saja, aku masih punya iman. Aku masih takut dengan murka tuhan.
Siang itu, aku minta ijin untuk mengajar di SD, bukan ucapan dukungan  yang aku terima, tapi malah omelan yang harus aku hadapi, “terus saja pulang sore, tak peduli kerepotan ibu yang setiap hari mengurusi rumah tanpa ada yang membantu, anak macam apa kau ini ? “ lagi-lagi aku tertampar kata-kata ibu yang meluluh lantahkan semangatku, mencabik-cabik semua harapanku untuk menjadi manusia yang mengabdi pada negeri. Kenapa harus aku, punya ibu yang tak peduli dengan masa depan anaknya. Teman-temanku cuma bisa menghibur dan menghibur. Aku tahu tak ada yang lebih baik mereka lakukan selain hal itu. Aku sebisa mungkin membagi waktu untuk sekolah dan rumah. 
Entah capek atau dapat hidayah dari mana, perubahan sikap ibu mulai aku rasakan, walaupun tidak 100%, tapi paling tidak rada mendingan dari pada biasanya.
***
“Aku pengen ketemu. Sekarang. Ditempat biasa.” Saat aku buka sms, Niko minta ketemu. Dia pacarku yang baru sebulan lalu baru jadian. Entah apa yang membuatku menerima dia jadi pacarku, tak ada cinta dihatiku untuk dia, aku hanya takut dengan karma yang masih dipegang teguh  oleh masyarakat disekitarku. Karena diam-diam aku mencintai sahabat sekaligus kakak kelasku.          Hatiku lebih sakit apabila, panggil saja namanya Danang,  tak ngasih kabar dalam sehari. Rasa rindu yang menggebu, membuat aku lupa dengan status yang aku sandang dengan Niko.
Niko, pribadi  yang tidak  begitu aku kenal, karena saat itu aku kenal dia lewat FB. Aku telah masukkan Niko kedalam jurang kebohongan yang aku buat. Dia masuk dalam kehidupanku yang sama sekali tak ada agendanya untuk memasukkan Niko dalam jajaran hidupku. Berbeda dengan Danang,  pribadi yang humoris, sopan, perhatian, smart, selain itu dia juga alim. Aku suka pribadinya, dan aku merasa dia juga suka sama aku, tapi dia menghargai aku yang telah terlanjur jatuh ke tangan Niko. “ Ada apa, kayaknya serius banget ?” Tanyaku setelah sampai ke tempat yang dia maksud. “ Aku cuma pingin kepastian darimu, aku ngerasa hubungan kita sudah nggax harmonis lagi, sikap kamu yang sama sekali nggak peduli denganku. Nggak pernah sms, nelpon apalagi. Nanyain kabar atau apa untuk basa-basi.” Kata Niko semakin menuntut statusku sebagai pacarnya. Aku hanya diam. Diam dan diam. Membiarkan dia ngomel-ngomel sampai akhirnya berhenti bicara. Hening…
“Aku minta maaf.” Suaraku terdengar memecah kesunyian. “Mungkin selama ini aku nggak peduli dengan perasaan kamu, tapi aku tak bermaksud membuat kamu terapung antara perasaan kamu dan perasaanku. Sekarang terserah kamu, mau hubungan kita bagaimana. Aku tidak akan memaksa.” Kataku. Dia terdiam. Dalam hati aku berharap, berharap agar ikatan ini cepat-cepat berakhir.
 “Aku ingin kita terus, aku sudah terlanjur sayang sama kamu, aku berharap kamu dapat berubah.” Katanya. 
Sebuah jawaban yang tidak perrnah aku bayangkan dalam lamunanku sekalipun. Kenapa dia, batinku. Apa yang dia tunggu dari cewek macam aku. Apa dia tak bisa merasakan ketak-pedulianku selama ini? Aku semakin bingung dengan Niko, tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah bersikap sebisa mungkin membiarkan dia, menggantungkan hubungan ini agar semuanya cepat berakhir. Karena aku tetap pegang prinsip tidak akan memutuskan cowok. 
Suasana jadi beku seperti sedia kala. Aku tak bisa ngomong apapun. Aku biarkan perasaanku yang campur aduk. Marah, sedih, bingung,,, aarrrrrggghhhh entah apalah aku tak bisa menafsirkan perasaanku sendiri. 
“Oke. Kalau begitu aku pulang dulu,” Kataku. Aku melangkah tapi dia buru-buru memegang tanganku, aku berhenti, dia melangkah ke hadapanku. Menatapku. Aku tak kuasa menatapnya, aku tak kuasa menunjukkan sorot mata penuh kepalsuan dari mataku,”Tatap mataku,” katanya. Aku menunduk. 
“Tatap mataku,” Katanya lagi. Dengan ragu aku menatapnya, seketika aku temukan ketulusan dari sorot matanya. Aku sedikit berdebar-debar. “Tuhan…betapa kejamnya diriku,” Dalam hatiku bergumam. Dia terus menatapku. Aku semakin tak kuasa membiarkan suasana ini terjadi. Aku melepas genggamannya. Pergi.
Dilain tempat, tanpa kusadari, ternyata Danang juga  menyaksikan apa yang aku alami barusan. Hatinya sakit, lebih sakit dibanding dengan tertusuk besi panas. Dia pingin berteriak mengecam semua itu, tapi apa dia daya, dia tak punya hak, karena bagaimanapun wanita pujaan hatinya sudah ada dalam pelukan pria lain. Mungkin orang-orang berpikir betapa lemahnya dia, tidak bisa bersaing dengan jantan. Dia bukan tipe orang yang begitu, dia orang yang sportif, itulah salah satu sifat dia yang aku sukai.
***
Siang terasa begitu cepat berlalu. Malam itu, malam yang membuat aku merasa menjadi orang yang paling kacau dilingkungan remaja. Kejadian disiang hari yang masih mengacaukan pikiranku. Ditambah lagi kedatangan ayah yang semakin membuat suasana rumah tidak nyaman. Ayah, untuk menyebut namanya saja, males. Dia bukan sosok orang yang berperan layaknya pemimpin rumah tangga, layaknya nahkoda bahtera rumah tangga, tapi dia lebih ke pesakitan yang hanya ingin memenuhi nafsunya saja.  Kesana kemari bergonta-ganti pasangan, tak peduli keadaan kami yang jadi korbannya, aku juga tak tahu kenapa ibu mau dijadikan istri olehnya.
“Untuk apa dia datang kemari?” Aku bertanya pada ibu, seketika mata ayah membelalak mendengar pertanyaanku. Melihat itu aku tak gentar sedikitpun, justru aku semakin menantangnya. Aku terlanjur benci dengan sifatnya, aku terlanjur benci dengan sikapnya.
“Riska !!!!” teriak ibu melihat sikapku yang tak menunjukkan sikap sopan santunku sedikitpun. 
”Ibu orang ini tu nggak pernah peduli dengan kita, berbulan-bulan dia pergi, kemudian muncul lagi, lalu apa maksud kedatangan dia kemari?” Aku bertanya pada ibu, ibu hanya diam. Aku berbalik menatap ayah. 
”Kau mau menghancurkan kehidupan kami lagi? Langkahi dulu mayat Riska!“ kataku dengan amarah dan kebencian yang tak terkendali. 
”Sayaaang....“ ayah mendekat. Bermaksud  membelaiku, tapi aku menepisnya kasar. 
”Ayah  minta maaf, selama ini ayah  khilaf, tak peduli pada kalian. Membiarkan kalian membanting tulang mencari sesuap nasi, ayah sungguh minta maaf.“ Dia berkata memelas. Entah ekspresi sungguhan atau hanya dibuat-buat. Aku tak peduli, mau sungguhan atau dibuat-buat, yang pasti aku terlanjur tak menerima kehadiranya.  Hatiku terlalu sakit untuk menerima kenyataan ini. Dari kecil aku rindukan sosok seorang ayah, tapi figur itu tak pernah muncul dihadapanku. Sampai aku membuat pemahaman sendiri, kalau ayah itu hanyalah sesosok manusia yang tak dapat diandalkan, tak bisa  dijadikan tempat berlindung. 
”Sudahlah...., aku tidak akan mempermasalahkan ini lagi, capek sudah hidup ku menghadapi semua ini.“ Kataku sambil masuk kamar. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan selanjutnya, aku tak ingat lagi, tertidur.
***
Pagi harinya, seperti biasa,  kegiatan sebelum ke sekolah, aku bantu-bantu ibu membersihkan rumah dan masak-masak. Diam-diam aku mencari-cari orang yang katanya ayahku, tapi tak aku temukan sosok tadi malam yang membuat aku marah.
”Orang itu pergi lagi?“ Tanyaku ke ibu.
“Maksud kamu ayah kamu?“ Tanya ibu sambil  memandangku. 
Aku hanya diam sambil terus mencuci piring. 
”Sampai kapan kamu akan membencinya Riska?“ Dengan tatapan penuh penantian ibu mencoba meneliti keteguhan hatiku. Aku tak menjawab. Aku terus menyelesaikan tugasku. Ibupun kembali dengan tugasnya. 
”Sebenarnya aku sudah capek  bu kalau harus marah-marah terus saat laki-laki itu datang ke rumah. Tapi  sampai kapanpun aku tak bisa memaafkannya.“ Kataku sambil terus menyelesaikan tugasku pagi itu. Ibu tak menjawab apa-apa, dia tahu watak burukku, keras kepala.
Hari  ini, suasana kelas terasa berbeda, obrolan teman-temanku yang mulai aku pahami sedikit demi sedikit, ternyata mengganggu pagi suramku. 
”Tuh lihat !!! cewek gila yang sok kecantikan udah datang.“ Terdengar sayup-sayup suara seorang cewek yang aku kenal betul suara cewek itu siapa. Dewi. Yaaa…..dia adalah Dewi teman sekelasku. Pernah jadi teman satu geng juga. Entah apa yang membuat aku dan dia hengkang, mungkin karena watak keras kepalaku juga. Watak yang pada dasarnya tak aku sukai ini terlanjur mendarah daging. Sampai-sampai teman-temanku menjauhiku karena tak mau bersitegang denganku. Mungki selama ini hanya Niko yang tahan dengan sifat burukku itu. Setiap hari aku cuekinpun dia takkan peduli. Aku sampai bingung, apa yang harus aku lakukan untuk melepaskan diriku darinya. Lama-lama aku merasa begitu tersiksa. Aku yang terus menerus membohongi diriku dan juga Niko. 
Yang tidak aku pahami dari Niko cuma satu, kenapa dia terus mempertahankanku, kenapa dia kuat berhari-hari bahkan sekarang sudah berbulan-bulan berhubungan denganku. Hubungan yang tidak jelas untung ruginya.
Sore ini, lagi-lagi Niko minta ketemu. Bagai keledai bodoh, akupun menyetujuinya.  Aku terus mengutuk diriku, aku terus mengecam kemunafikanku. Aku sama sekali tak mencintainya, bahkan sama sekali tak berencana untuk mencintainya. 
Saat kami ketemu, Niko terlihat canggung. Dia dandan cool banget, menurutnya. Tapi menurutku, biasa aja.
“Riska, aku bawa sesuatu buat kamu,” kata Niko membuka pembicaraan. 
“Aku sengaja ngajak kamu ketemuan cuma pingin ngasih ini.” Kata Niko sambil menyodorkan sesuatu. Sesuatu dalam plastic, masih dibungkus kotak juga. Aku menerimanya. 
“Apa ini?” tanyaku penasaran. 
“Sesuatu, tapi kamu tak boleh membukanya sampai kau tau siapa aku.” Baru kali ini aku dikagetkan dengan kata-kata Niko. 
“Apa maksudnya?” pikirku 
“Kenapa?” tanyaku heran. 
“Kau akan tahu siapa aku nanti.” Jawabnya.
 “Sekarang sebaiknya kamu pulang.” Katanya lagi.
Berkali-kali bertemu dengan Niko, baru kali ini aku merasa enggan untuk pergi duluan. Niko berlalu tanpa kusadari. Aku masih berdiri terpaku, memegang barang misterius pemberian Niko.
***
Hari berganti dengan cepat. Suasana di dalam rumah terasa begitu aneh buatku. Ibu dan laki-laki yang mengaku sebagai ayahku juga ada di rumah saat aku pulang ketemu Niko kemarin. Aku masih tak peduli dengan kehadirannya. Walaupun akhir-akhir ini laki-laki itu terus berada di rumah
Sore itu, saat aku sedang asyik dengan  hobiku bermain-main didalam kamar, tiba-tiba ibu memanggiku, ”Riska. Teman kamu datang tuh, ditunggu di ruang keluarga.“ Katanya .
 ”Teman?  Siapa?  Kok di ruang keluarga segala.“ Sesaat aku berhenti bermain. Kemudian aku keluar kamar.
Begitu sampai di ruang keluarga, aku melihat ibu, adikku, Niko dan laki-laki yang katanya ayahku. Aku berjalan males menghampiri mereka. 
”Sini duduk sayaaang...“  Kata ibu. Yang lain hanya diam menatapku. 
”Ada apa? Tumben amat pada ngumpul?“ Tanya ku. Aku masih belum duduk.
Aku masih berdiri di dekat kursi dimana ibu duduk. ”Riska, maafkan kami, jika selama ini kami tidak berterus terang terhadapmu. Kami membiarkanmu hidup sengsara, dan kami tak bisa berbuat apa-apa untuk membuat kamu bahagia.“ Suara ibu tercekat di tenggorokan. Lama dia terdiam, seolah-olah ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya. Aku masih belum paham dengan apa yang mereka katakan. Aku masih terus berdiri didekat kursi ibu. 
”Riska, selama ini kami menyimpan rahasia besar tentang kamu.“ Kata ayah. Aku masih tak bergeming. 
”Ini mengenai keluarga kamu.“ Lanjutnya.
“Iya Riska, sebenanya kami bukan keluarga kandung kamu.“ Kata-kata ibu kali ini benar-benar melemaskan seluruh pesendianku.
 ”Barang-barang yang kemarin aku kasihkan ke kamu adalah foto mendiang keluargamu Ris.“ Kata Niko semakin membuat aku linglung. Aku masih tak  mengerti. Aku masih mencerna kata-kata mereka. Baru ketika aku tak kuasa menahan air mataku, aku sedikit bisa memahami maksud mereka. Ternyata aku bukanlah siapa-siapa di rumah ini. Wanita yang selama ini  suka marah-marah sama aku. Wanita yang kini sudah berubah seratus persen ternyata buka ibuku. Laki-laki yang sangat aku benci juga bukan ayahku. Dia ayah Niko, laki-laki yang selama ini begitu sabar menghadapi sikapku. Mereka ternyata punya kesalahan dimasa lalu. Ayah Nikolah yang menyebabkan keluargaku tak utuh. Tinggal aku seorang. Ia berbuat baik dan menahan semua perilakuku demi pengabdian atas kesalahannya.
Aku terus menangis. Menangis sampai air mataku kering. Menangis untuk kebodohanku. Kebodohanku yang tak pernah mengetahui  siapa aku sebenarnya. Air mataku tak mau berhenti sampai aku bisa  melihat keluargaku. Aku berlari keluar rumah. Terus berlari, tak mendengar teriakan dari orang-orang rumah yang mengejarku. Aku akan terus berlari. Berlari sampai air mataku kering. Berlari sampai kakiku tak sanggup lagi untuk berlari. 

Friday 19 February 2016

Metamorfosa Sebuah Kesuksesan

Metamorfosa  Sebuah Kesuksesan
Kepuasan, kesuksesan, kekayaan, pangkat dan derajat yang tinggi. Itulah keinginan sebagian besar maunusia yang tinggal di muka bumi ini. Menjadi manusia yang terhormat yang memiliki segala sesuatu yang di inginkan, seolah-olah menjadi suatu keharusan yang harus dipenuhi dalam kehidupan manusia. Kenapa manusia begitu terobsesi dengan kesuksesan? kenapa manusia begitu berkeinginan untuk menjadi orang berpangkat? Kenapa manusia begitu berambisi untuk mendapat kekayaan? Mungkinkah hal tersebut merupakan cara untuk membuat mereka puas dengan kehidupan yang mereka jalani? Entahlah, hanya mereka yang tahu tentang tujuan hidup masing-masing. Tapi yang pasti, setiap manusia punya mimpi. Manusia punya cita-cita. Dan mereka berhak untuk mewujudkan mimpi mereka. Mereka berhak untuk menggapai cita-cita mereka. Aku adalah salah satunya. Aku manusia yang punya mimpi, aku manusia yang sangat berambisi dengan cita-citaku.

Sejak kecil aku dibesarkan dengan orang tuaku, aku hidup dengan kesederhanaan yang selalu menghiasi hari-hari kami. Hidup kami sederhana, meskipun terkadang masuk kategori pas-pasan. Tapi kami bahagia. Terkadang terlintas dalam pikiranku, kenapa manusia bermimpi untuk menjadi orang sukses, kenapa manusia bercita-cita untuk menjadi orang yang besar, padahal dengan kehidupan kami yang sederhana, yang jauh dari kata kaya saja, kita sudah bahagia? Pikiran sempitku terus terbang memikirkan hal itu. Aku berpikir bahwa tujuan manusia di dunia adalah untuk bahagia. Kalau sudah bahagia, kenapa mesti bersusah payah untuk meraih yang lebih? Yaaaah itu hanya sebatas pikiran sempitku. Pola pikir yang muncul dari lingkungan yang terbatas pula.
Pikiran-pikiran kecil itu mulai melemah, saat aku harus berkecimpung dengan dunia yang lebih luas. Saat aku harus pindah dari tempat kelahiranku. Aku hijrah ke kota mengikuti saudara dari pihak ibuku. Aku tinggal bersama mereka, dan aku juga melanjutkan studyku di daerah mereka. Daerah yang tentunya jauh berbeda dengan daerah tempat asalku. Aku seperti bayi baru lahir di tempat itu. Sama sekali asing buat jiwaku saat itu. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan yang begitu plural. Kebudayaan mereka, kehidupan mereka, sangat berbeda dengan tempat dimana aku tinggal sebelumnya. Disitulah aku mulai membangun jiwaku yang baru. Mau tak mau aku harus menyesuaikan dengan lingkunganku yang baru.
Waktu terus berlalu, sampai akhirnya aku mendapati diriku yang mulai terpuruk. Pindah ke kota merupakan sebagian dari ideku untuk mencari pengalaman lebih. Meskipun hal itu tak sepenuhnya di restui orang tuaku. Aku mencoba mencari sensasi baru dalam hidupku. Tapi ternyata, hal itu bukan solusi yang bagus untuk merubah pola pikirku. Aku masih seperti yang dulu. Sampai tiba waktuku untuk menerima kelulusan dari sekolah menengah atas. Aku sukses lulus SMA. Tapi apa yang aku dapat? Yaaahhh kepolosan seperti sedia kala. Seperti halnya aku yang baru lulus SMP dulu. Disitu aku mulai bingung. Apa yang sebaiknya aku lakukan? Bekerjapun  kayaknya aku tak punya pengalaman sama sekali, keahlianpun tidak.
Dengan bekal keyakinan, aku diboyong kembali ke tempat asalku. Tempat dimana aku dibesarkan, tempat aku mendapatkan kemurnian jiwa. Tempat aku mendapatkan kesederhanaan hidup. Disinilah aku mulai merintis kehidupan baruku lagi. Aku tata lagi jiwaku yang begitu berantakan setelah bergaul dengan begitu banyak manusia. Aku menikmati kehidupanku di kota, tapi hal itu tak merubah tekadku untuk membuat orang tuaku bangga. Itulah cita-citaku. Itulah mimpiku. Melihat orang tuaku bangga memiliki aku adalah cita-cita terbesarku. Aku rela melakukan apapun untuk membuat mereka tak menyesal memiliki anak seperti aku. Kehidupanku di kota yang aku pikir bisa membuat mereka tersenyum bangga, ternyata tidak begitu membuahkan hasil. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk memboyongku kembali ke rumah.
Sekarang aku disini, sedikit demi sedikit senyuman itu mulai muncul. Aku tak melakukan hal besar yang mempengaruhi manusia di bumi, tapi perubahan drastis yang ku alami, membuat orang tuaku tak bisa berkata-kata.  Aku tinggal di sebuah pesantren. Aku kuliah sekaligus menuntut ilmu agama disini. Awalnya tak ada kesan mendalam dalam kegiatan baruku di pesantren. Jiwaku yang sudah terlanjur lepas dari norma-norma agama merasa asing dengan segala peraturan yang ada. Peraturan yang harus ditaati, peraturan yang begitu mengekang. Aku serasa tak mampu untuk menjalaninya. Tapi keinginan besar untuk membuat orang tuaku bahagia melumpuhkan keinginanku untuk kembali ke rumah. Aku berusaha menerima semuanya, aku berusaha meganggap semuanya  baik-bik saja.   
Waktu terus berjalan, kehidupanku mulai berubah. Aral rintang terlalui satu persatu. Perasaan tak betah dan keinginan untuk pulang lama-lama terkikis. Aku menikmati semuanya. aku terapkan teori hikmah dalam segala hal. Tak ada yang istimewa meamang, malah terkesan merendahkan diri. Tapi apa yang aku dapat sekarang? Tak ada yang menyangka apa yang aku dapat. Yang aku cita-citakan terwujud. Apa yang aku harapkan sejak aku lahir di muka bumi benar-benar jadi kenyataan. Orang tuaku bangga, kehidupanku tercukupi. Tak ada yang lebih membuatku bahagia di dunia ini, selain tekad balas budi terlampaui.
Bukan maksud untuk membayar biaya yang sudah dikeluarkan orang tua demi masa depanku, tapi paling tidak, sedikit limpahan prestasi bisa membuat mereka tersenyum bangga. Aku lihat senyuman mereka yang mengembang begitu bahagia melihatku di atas podium menerima penghargaan. Aku lihat air mata haru yang mengalir dari sungai kecil mereka sebagai tanda bahagia yang tak terkira, saat aku beraksi di atas panggung.
Berbagai prestasi aku dapat, tapi tak membuat asaku putus untuk terus membuat mereka bangga padaku.  Tak henti-hentinya orang tuaku terus memberi wejangan padaku. Jangan pernah menyerah untuk terus menorehkan prestasi. Meskipun kegagalan terus mendampingimu, bangkitlah. Berusahalah sebisa kamu, sekuat yang kamu mampu. Jangan lelah untuk menuntut ilmu, karena ia yang akan mengangkat derajat kamu kelak di dunia dan akherat. Nasihat demi nasihat mereka lontarkan hampir di setiap hari, tiada henti.
Perjalanan tak selamanya mulus nak, banyak duri tersebar dimana-mana.  Kamu harus pandai-pandai mencari jalan kedepan agar semuanya baik-baik saja. Tak ayal  kehidupan memang harus dibarengi dengan hal-hal ekstrim yang bisa membuat para penikmatnya semakin tertantang.  Apalah arti kehidupan jika ia berjalan mulus tanpa adanya lika-liku yang harus dilewati.

Yaaahhh ...aku pun mencoba memaknai lika-liku kehidupan itu sebijak yang aku bisa, meskipun pada akhirnya aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang aku hadapi. Tapi yang jelas langkahku terus tertata ke depan demi kesuksesan yang menunggu untuk diwujudkan. 

Thursday 18 February 2016

Terasing di Dalam Negeri


          


Haii..hai ..haiii....guys. Yups tak dipungkiri , menulis ternyata tak bisa serta merta hanya mengetikkan kata-kata tanpa konsep yang jelas. Disini aku akan ceritakan sedikit tentang kehidupan aku dan kawan-kawanku yang boleh di bilang berbeda dengan yang lain. Kenapa kok beda? 
Yuhu, kebetulan kita tinggal di lingkungan yang tidak biasa seperti halnya orang lain di sekitar kita. Do you know what i mean? Ohhh ..pasti bingung ya, karena tulisanku yang sedari tadi muter-muter nggak jelas. Oke... Langsung saja, cekidot. 
Kalian bisa lihat foto di sebelah kanan tulisanku ini guys,..Yaahhh begitu menggemaskannya mereka. Tapi apakah kalian tahu siapa mereka? Betul sekali. Mereka adalah kawan-kawan kecilku yang rela berjuang dan terasing di negEri yang tercinta ini. Kami harus merelakan menomor duakan bahasa ibu kami demi mewujudkan cita-cita kami untuk menaklukkan bahasa. Kalian masih bingung maksudnya apa? Yahhh. Kita diwajibkan harus berbahasa asing tepatnya bahasa arab dan bahasa inggris di lingkungan yang tentunya tak ada yang menggunakan kedua bahasa tersebut untuk berkomunikasi setiap harinya. Banyak kekonyolan-kekonyolan yang terjadi di antara kami. Tentunya kalian maklum lah apa penyebabnya. Yaappsss bener sekali. Penyebabnya adalah karena kami tidak terbiasa dengan bahasa yang menurut kami sangat asing itu. Singkat kata, kita biasa memanggilnya esay (nama asli disamarkan) berhubung keseharian kami harus jadi orang asing di negeri sendiri, kami pun berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk berbahasa inggris dan bahasa arab setiap harinya. Yang namanya kemampuan orang pastilah beda-beda. Ada yang sudah lancar, ada juga yang masih biasa saja. Tapi tak boleh lah kita terus memandang mereka hanya sebelah mata. Yang jelas usaha mereka girls, sangat luar biasa.  Kebetulan yang bersangkutan ini sedang di bathroom. Yaahh..yang namanya cewe sudah di kamar mandi di tunggu juga nggak tahu di tunggu. Seolah-olah tu kamar mandi hanya untuk dia seorang. Ceritanya teman yang di luar bilang pada mba easy  ini. dialog antara keduanya pun tak bisa di hindari, "Mba easy i ask your rinso, yes ?" Dengan logat jawa kentelnya, temen mba easy ini minta rinso pada mba easy. Namanya juga di kamar mandi, mau di panggil-panggil berapa kali juga susah kali nyambungnya, kan nggak ada sinyal yaa..(kaya hp saja). Karena nggak jelas yang diluar bilang apa, mba easy pun mencoba memperjelas, "apa ?" kata mba easy dengan santainya.  Yang diluarpun mngulangi kata-katanya, " i ask your rinso, yes ?" Logat masih sama kaya sebelumnya, Logat jawa kenthel. Bisa di bayangin dong kaya gimana nada javanesse englishnya. "Apa? " jawab yang di dalam lagi....Entah karena nggak tahu artinya atau memang nggak denger. Kita husnudlon saja kalau yang di dalam kamar mandi ini nggak denger dengan apa yang di ucapkan oleh temannya yang di luar.  Akhirnya yang di luar pun merasa kesal karena dari tadi hanya dapat jawaban apa dan apa. Dengan nada sedikit ketus yang di luar pun bilang "Nyong njaluk rinsone yaaa (Aku minta rinsonya ya...)" Begitu kalimat itu meloncat dari sela-sela gigi temannya, dengan sigap yang di dalam kamar mandipun menjawab "yessss ...." bersambung ....:)

Tuesday 16 February 2016

Siapa Tak Kenal Cinta?

cinta ...
semua orang mengenalnya, 
terkadang kau hadir menggebu-nggebu sampai menyesakkan dada.
terkadang kau menghilang tak berbekas, bahkan menyisakan rasa yang bukan lagi cinta ..
cinta itu apa, siapa, dimana, kenapa dan bagaimana ???
begitu banyak manusia mendambanya.
oh ..cintaa
terkadang buta, lebih banyak menderita.
terkadang mempesona, lebih banyak nestapanya...
kenapa butuh cinta ???
cinta kepada siapa ???
cinta untuk apa ???
dan cinta yang bagaimana ????
aku suka, bahagia, menderita, bahkan gila, juga karena cinta ...
cinta seolah jadi dewa
diagungkan, disanjungkan,